Jumat, 26 Desember 2014

Analisa Fenomena Berdasarkan Teori David McClelland



Aktivis Perempuan Reaktif Sikapi Pengurangan Jam Kerja Perempuan



REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin, menyatakan, jam kerja sebaiknya diukur berdasarkan kemampuan para pekerja di sebuah perusahaan. Ia melihat adanya kecenderungan aktivis perempuan reaktif terhadap wacana pengurangan jam kerja perempuan.
KH Ma'ruf Amin mengatakan perlu diadakan dialog agar tidak menimbulkan polemik jika wacana itu diwujudkan ke dalam sebuah aturan. “Kalau dari segi kemampuan, memang berbeda (antara perempuan dan laki-laki). Tapi kalangan pendukung kesetaraan gender, cenderung tidak mau (implementasi wacana tersebut). Maka perlu dialog,” kata KH Ma'ruf Amin saat dihubungi Republika Online (ROL), Kamis (25/12).
Ma'ruf Amin menekankan, pentingnya bagi tiap perempuan pekerja untuk membagi waktu terhadap keluarga di rumah. Utamanya, kehadiran istri bagi suami serta ibu bagi anak-anak tidak boleh diabaikan porsi waktunya.
Dengan begitu, lanjutnya, manfaat pengurangan jam kerja perempuan diharapkan berfokus pada keseharian keluarga perempuan yang bersangkutan. Sehingga bukan berarti membanding-bandingkan antara dua pihak. Laki-laki di satu sisi dan perempuan di sisi lain.






Jam Kerja Dikurangi, Komnas Perempuan: Ini Memberi Beban Ganda 



PerempuanREPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Wacana pengurangan jam kerja perempuan yang sepekan ini santer terdengar, ternyata dinilai sebagai sebuah diskriminasi serta memberi beban baru bagi kaum Hawa.
“Ada gagal konsep dari wacana pengurangan jam kerja bagi perempuan ini. Jika alasan pengurangan jam kerja bagi perempuan karena masalah pengasuhan dan konsepsi ideal seorang ibu, hal ini dianggap sebagai beban ganda perempuan,” ujar Komisioner Komnas Perempuan Andy Yentriyani, dalam rilisnya, Ahad (7/12).
Pengurangan jam kerja perempuan, ujarnya, sama saja merumahkan perempuan atau lebih tepatnya merupakan bentuk diskriminasi terhadap perempuan.Selama ini, stigma terhadap perempuan berkarier adalah perempuan yang tak bisa mengurus rumah tangga. Padahal, imbuh Andy, perempuan berkarier adalah hak, dan terkadang merupakan tuntutan hidup.
Kondisi inilah yang ia maksud terjadi beban ganda yang harus disandang perempuan. Satu sisi sebagai pencari nafkah, di sisi lain sebagai ibu rumah tangga.
“Semestinya bukan jam kerja yang dikurangi. Tetapi perbaikan infrastruktur negara yang mampu mendukung perempuan dalam menjalankan perannya,” jelas Andy.
Misalnya, memperbaiki infrastruktur transportasi agar perempuan bisa mengakses transportasi yang aman dan cepat agar waktu tak habis di jalan.
"Komnas Perempuan mengingatkan bahwa niat baik saja tidak menjamin kebijakan yang dihasilkan tidak memiliki muatan yang diskriminatif," ujar Andy.
Komnas Perempuan menilai kebijakan ini akan meminggirkan perempuan di dunia kerja sebab ia akan dipandang sebagai tenaga kerja yang tidak kompetitif dan tidak produktif. Artinya, realisasi usulan ini merupakan langkah mundur dalam upaya menghapus diskriminasi terhadap perempuan.






JK: Pengurangan Jam Kerja Wanita Baru Wacana

REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN -- Wakil Presiden (wapres) Jusuf Kalla menjelaskan pengurangan jam kerja wanita baru bersifat wacana.
"Itu baru wacana," kata Wapres Jusuf Kalla saat melakukan kunjungan kerja ke Sragen, Jawa Tengah, Jumat (5/12).
Dia menjelaskan, banyak masyarakat yang kurang paham bahwa wacana pengurangan jam kerja bagi wanita tersebut hanya ditujukan bagi ibu yang memiliki anak kecil. "Hanya ditujukan bagi ibu yang memiliki anak kecil, tidak semuanya," katanya.
Menurut pria yang akrab disapa JK tersebut, wacana itu bertujuan untuk menjaga masa depan bangsa. Karena dengan memiliki waktu lebih banyak untuk anaknya, maka orang tua bisa lebih banyak berinteraksi dengan anak-anak sekaligus mendidiknya.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai jam kerja pegawai perempuan harus dikurangi selama dua jam. Pengurangan ini diperlukan agar perempuan bisa memiliki waktu lebih untuk keluarga dan mendidik anak. Hal ini disampaikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pertemuannya dengan Persatuan Umat Islam di Jakarta.
Sementara itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendukung usulan Wakil Presiden Jusuf Kalla terkait pemotongan jam kerja pekerja perempuan. "BKKBN mendukung, karena itu sangat baik dan proanak-anak," kata PLT Kepala BKKBN Fasli Jalal.
Menurut dia, pemotongan waktu sekitar dua jam memiliki dampak yang sangat besar. "Berarti anak memiliki waktu lebih lama untuk berinteraksi dengan ibu mereka, dan itu sangat baik bagi tumbuh kembang anak," katanya. Keberadaan orang tua, kata Fasli sangat penting dalam mempengaruhi kualitas anak-anak.







Buruh Perempuan: Pengurangan Jam Kerja Justru Merugikan





REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-– Wacana pengurangan jam kerja untuk perempuan yang dilontarkan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, ternyata mendapat tanggapan yang beragam dari para karyawan perempuan. Banyak yang setuju,tapitak sedikit pula yang menolak wacana tersebut.
Seperti Ardila Sani, buruh pabrik sepatu asal Lampung tersebut tak setuju dengan wacana tersebut. Menurutnya, kebijakan tersebut justru akan menimbulkan kerugian pada perempuan sendiri. “Memang ada sisi positif dan negatifnya, tapi saya lebih tidak setuju,” katanya.
Ia mengatakan, bahwa perusahaan tentunya tidak akan mau rugi. Jika jam kerja perempuan dikurangi, namun tetap membayar gaji yang sama dengan laki-laki, perusahaan pasti lebih memilih merekrut pekerja laki-laki, dan akan berpikir ulang untuk menerima pekerja perempuan.
“Secara perusahaan mana mau rugi. Kalo jam kerja cewek dikurangn tapi gaji masih sama kaya cowok lama-lama perussahaan tidak mau lagi nerima cewek dong,” kata wanita berumur 22 tahun tersebut.
Karena menurut Dila,sapaan akrabnya, perusahaan tentunya punya target produksi. Target produksi itulah yang terkadang membuat karyawan bekerja lembur. Jadi, jika jam kerja dikurangin akan sangat berpengaruh pada target produksi.
Berbeda dengan Dila, Hilda Arnaz yang bekerja di salah satu bank swasta, mengaku setuju dengan wacana pengurangan jam kerja untuk wanita tersebut. Menurutnya itu sangat baik, apalagi bagi perempuan yang sudah berkeluarga.
“Perempuan kan masih harus ngurus keluarga dirumah, apalagi kalau udah punya anak. Sebisa mungkin sebelum suami pulang, istri harus sudah ada di rumah duluan,” kata Wanita asal Sumatera Barat tersebut.








Kasatpol PP Jakarta Tolak Usulan Wapres JK

REPUBLIKA.CO.ID, GAMBIR - Usulan yang dilakukan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengurangi jam kerja pegawai perempuan selama dua jam menuai pro dan kontra. Di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta contohnya, tidak semua Pegawai Negeri Sipil (PNS) perempuan setuju dengan usulan tersebut.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Koja, Siti Mulyati, ia mengaku secara profesional kurang setuju dengan pengurangan jam kerja. Karena, kata dia, akan ada pembedaan perlakuan kepada kaum perempuan. "Seharusnya tidak usah ada perlakuan istimewa, laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama," ujar Siti kepada Republika, Jumat (5/12).
Menurut perempuan berusia 53 tahun itu, pemotongan jam kerja justru akan menimbulkan kecemburuan sosial. "Nanti para pegawai laki-laki banyak yang tidak terima," ucapnya. Namun, lanjut ibu dua orang anak itu, ia juga tidak menampik usulan wapres itu memberikan keuntungan bagi kaum hawa. Karena, dengan usulan tersebut para ibu dapat mengurus keluarganya terlebih dahulu sebelum bekerja.
Kepala Unit Pengelola (UP) Kawasan Monumen Nasional (Monas), Rini Hariyani mengaku setuju dengan pengurangan jam kerja selama dua jam bagi PNS wanita. Namun, kata dia, kebijakan itu harus dilihat dari usia anak-anak para PNS wanita yang bekerja. Apakah, anak PNS wanita itu masih memerlukan pengawasan atau tidak. "Ya, boleh itu diberlakukan, tapi memang betul-betul yang punya anak-anak dalam usia masa perkembangan. Contohnya, karyawan (PNS) wanita yang masih punya SD, SMP atau SMA," kata ibu dua orang anak itu.
Rini mengatakan, kalau PNS wanita yang anaknya sudah kuliah, sah-sah saja tidak dipotong jam kerjanya. Pasalnya, selain tidak ada kegiatan di rumah karena anak sibuk kuliah, para PNS wanita itu harus mengabdikan tenaganya di kantor. "Jadi jangan dipukul rata, bukan karena saya punya anak SMA. Tapi, yang perlu pendampingan seorang ibu adalah anak yang masih duduk di bangku SD dan SMP," paparnya.


http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/14/12/05/ng3ndv-kasatpol-pp-jakarta-tolak-usulan-wapres-jk





TEORI DAVID MCCLELAND



I.                   McClelland

Teori kebutuhan McClelland dikembangkan oleh David McClelland dan rekan-rekannya. Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan  yaitu kebutuhan prestasi (need for achievement), kebutuhan kekuasaan (need for power), dan kebutuhan hubungan (need for affiliation)
David Mc.Clelland mendalami Needs Theory dari Henry Murray. Ia meneliti 3 motif utamayaitu prestasi, kekuasaan dan afiliasi untuk meninjau dan mengevaluasi tentang bagaimana sistem motif ini mempengaruhi perilaku.

Seperti yang kita ketahui David McClelland dan rekan-rekanyya terkenal dengan teori mereka yang berorientasi dengan kebutuhan.  Masing-masing indivivu memiliki kebutuhan yang berbeda terhadap dirinya sesuai dengan karakter dan pola pikir individunya. Individu yang need of powernya tinggi cocok jika ditempatkan di posisi sebagai pemimpin utama, yang mengatur banyak orang, dan mengatur segala keperluan organisasi, indidvidu yang kebutuhan afiliasi/ berhubungan dengan orang lainnya tinggi lebih cocok ditempatkan di suasana kerja yang terdapat banyak individu lain, yang membutuhkan tim kerja, kesepakatan bersama dan terjalin banyak interaksi antar individu , cocok ditempatkan sebagai marketer, spg, dealer, dan sejenisnya. Sedangkan orang yang kebutuhan berprestasi sangat tinggi biasanya cocok menjadi orang yang kompetitif, pembentuk ide baru, solusi tepat, inovasi serta yang berkaitan dengan kemampuan diri.

Need for Achievement
1.         Keinginan yang kuat untuk bertanggung jawab secara pribadi.
2.         Kecenderungan memilih tingkat kesulitan sedang dalam membuat target dan mengambil resiko.
3.         Keinginan yang kuat untuk mengkonkritkan umpan balik.
4.         Menyukai kegiatan menyelesaikan tugas semaksimal mungkin.

       Need for Power
1.         Menyukai kegiatan mengarahkan dan mengendalikan orang.
2.         Memperhatikan hbubungan antara pemimpin dan pengikut.
3.         Menikmati berkompetisi.

       Need for Affiliation
1.         Ingin disukai oleh banyak orang.
2.         Lebih suka bekerjaasama.
3.         Berupaya untuk menjalin hubungan dengan semua orang

4.         Mencari peluang untuk berkomunikasi.




Pembahasan Teori McClelland Berkaitan dengan Artikel

Sama halnya dengan yang sudah dijelaskan bahwa setiap individu memiliki porsi need yang berbeda sesuai dengan pola pikirnya. Ada need of affiliation, need of achievement, need of power. Berkaitan dengan fenomena yang digambarkan diatas , dimana ada banyak wanita yang menerima usulan wakil presiden mengenai pengurangan jam kerja bagi pegawai wanita, namun tak kalah juga banyak wanita yang menolak pengurangan jam kerja ini. Bisa dikatakan orientasi individu terhadap kebutuhan pribadinya sangatlah berbeda satu dan lain.
Seperti yang diungkapkan ketua majelis ulama Indonesia dimana atas sikap reaktif wanita terhadap pengurangan jam kerjaa, dimana wanita mengatakan bahwa ini merupakan diskriminasi, namun majelis lama menolak , ia mengatakan bahwa ini bukan diskriminasi melainkan pentingnya wanita memikirkan keluarga bukan lah perbedaan gender.
Komisioner Komnas perempuan juga mengatakan penolakan terhadap pengurangan jam kerja ini, ia mengatakan bahwa ini menunjukkan pembentukan peran ganda bagi wanita. Ia  mengatakan bahwa bukan jam mkerja yang harus dikurangi , infrasruktur , transportasi bagi wanita yang harus diperbaiki agar wannita dapat menjalani perannya sebagai pencari nafkah dan ibu rumah tangga dengan baik. Ini akan menimbulkan pemikiran bahwa pekerja wanita itu tidak produktif dan kompetitif hal ini akan memperjelas diskriminasi dalam dunia kerja.
Ada wanita yang jelas menolak karena pengurangan jam kerja ini akan merugikan perusahaan dan individu bersangkutan, deimana dengan jam kerja yang berbeda perusahaan harus membayar dengan gaji yang sama dengan pekerja yang full time. Ini akan membuat perusahaan akan lebih memilih pria sebagai pegawai perusahaannya. Namun ada wanita lain yang mengatakan bahwa pengurangan jamkerja ini akan berdampak positif, karena peran wanita sebagi rumah tangga akan semakin baik.  Sama halnya dengan kepala  Satpol PP Koja yang menolak pengurangan jam kerja ini, ia mengatakan bahwa dengan adanya pengurangan jam kerja ini akan menimbulkan kecemburuan bagi kaum lelaki, menimbulkan juga sikap egois bagi wanita dimana ia mememntingkan kepentingan keluarga dan mengabaikan / lalai mengerjakan tugas kantornya.
Dilemma ini menggambarkan perbedaan kebutuhan di masing-masing individu dapat dilihat ada wanita yang menolak pengurangan jam kerja ini menggambarkan kebutuhan dia akan prestasi sangat tinggi, dimana ia merasa dengan bekerja ia bisa memenuhi kebutuhan pribadi, member uang tambahan atau sekedar mengembangkan karirnya. Ia menolak pengurangan jam kerja karena beranggapan kesempatan dia dalam memnunjukkan prestasinya akan berkurang, disaingi dengan pegawa lelaki yang memiliki kesempatan lebih besar. Ketika ada pegawai wanita yang melamar perusahaan akan berfikir dua kali utnuk memilih wanita sebagai pegawai, ini sangat jelas menggambarkan kebutuhan berprestasi yang dijadikan orientasi utama bagi wanita ini. Jadi kadang kala wanita yang mempunyai keinginan maksimal dalam menyelasaikan tugasnya, bertanggung jawab secara pribadi akan terhalang karena kuranganya posisi yang diberikan lingkungan kerja. Kreativitas masing-masing wanita tidak akan berkembang.
Kebutuhan akan kekuatan (need of power) juga tergambar disini, ketika ada yang mengatakan kesempatan yang akan diberikan akan berbed antar wanita dan lelaki akan berbeda, menunjukkan diskriminasi langsung bagi wanita. Berkurangnya kesempatan untuk dipilih sebagai pemimpin, mengemban tanggung jawab lebih besar. Diskriminasi yang awalnya ingin dihapuskan malah mencuat kembali, akan banyak wanita yang di nomor duakan dalam dunia kerja. Kebutuhan akan kekuatan yang mendorong hal ini menjadi konflik. Para wanita yang inigin mengembangkan dirinya, menmpati posisi tertinggi dalam dunia kerja, mengatur orang lain, meninginkan kompetisi, semua akan terhalang.
Namun ada wanita yang kebutuhan afiliasinya tinggi, sehingga ia menerima ususlan ini. Ia mementingkan hubungan dia dengan keluarga, peran sebagai istri dan ibu di keluarga. Ia akan cenderung mendukung kebijakan ini. Namun bagaimana dengan wanita yang kebutuhan afiliasi terhadap dunia kerjanya tinggi?? Keinginan ia bekerja dan berinteraksi dengan orang banyak, keinginan membuat visi dan strategi bersama, keinginan disukai orang banyka, keinginan berkomunikasi dengan semua pegawai dan atasan. Hal ini mungkin akan menimbulkan dilema bagi banyak wanita. Namun masing-masing individu pastinya sudah menemukan strategi sendiri dalam memnuhi kebutuhannya, menyeimbangkan perannya sebagai wanita karir dan ibu rumah tangga.


Referensi:
Schultz dan Schultz. 2005. Theories of Personality


Jumat, 06 Juni 2014

Andragogi dan Pedagogi Andragogi merupakan system pembelajaran yang pada umummnya digunakan orang dewasa,bersifat lebih aktif, fleksibel, independen dank arena itu pembelajar menjadi sumber ide dan contoh. Sedangkan pedagogi merupakan system pembelajaran yang pada umumnya digunakan anak-anak, bersifat pasif, sudah ditentukan sebelumnya, dependen dan guru lah yang jadi sumber utama. Andragogi pengkaplikasiannya lebih cepat daripada pedagogi, misalnya pada saat kita belajar psikologi , materi yang dipelajari lebih cepat diaplikasikan daripada pedagogi,kita mempelajari tentang abnormal, jadi dari psikologi kita tahu perfeksionis itu merupakan sifat yang abnormal, di pelajaran psikologi perkembangan diajarkan bagaimana menghadapi dan mengajarkan anak kecil, kita sudah bias langsung mempraktekkannya pada keponakkan. Orientasi belajar andragogi berpusat pada masalah sehari-hari, cara-car menyelesaikan masalah, penyebab terjadinya masalah itu, sedangkan pedagogi berpusat pada isi mata pelajaran, di andragogi kita mempelajari masalah yang akan dihadapi sarjana psikologi, keabnormalan seseorang, setelah mempelajari masalah-masalah dari pelajaran psikologi ini, bias saja kita sudah tau apa penyebabnya, dan mulai mencari solusinya. Indicator perumusan tujuan andragogi bersifat negoisasi, hal ini seperti kita sudah tau tujuan utama kita dalam mengikuti kuliah psikologi ini, kita sudah tau kalau kita belajar di psikologi akan mempelajari mengenai berbagai ilmu tentang manusia, perrkembangan manusia, kepribadian manusia, hubungan manusia serta ilmu faal yang ikut ambil alih dalam mempengaruhi perkembangan psikologis kita, dari proses belajar psikologi ini, setelah menjadi sarjana psikologi kita akan menjadi seseorang yang bias mengerti sedikit tentang psikologis manusia sehingga kita bias bekerja di bagian personalia, memilih calon karyawan yang terbaik, sesuai kebutuhan, mengawasi jalannya perusahaan sesuai metodenya, mengawasi kesejahteraan setiap anggota. Sedangkan pembelajaran andragogi kita belum tau jelas tujuan kita mempelajarinya, kita mempelajari pelajaran matematika, IPA,IPS, bahasa dan lain –lain sesuai tujuan yang telah dirumuskan guru, kita tidak tau arah sebenarnya, namun kita harus tetap meenjalani setiap tahapnya hingga kita bias melanjutkan ke pembelajaran andragogi di masa kuliah ini. Ada juga indicator evaluasi, dimana pembelajaran andragogi kita sudah bias mempridiksi sendiri tujuan kita belajar psikologi , kita sudah bias memilih program sesuai yang kita inginkan dan kebutuhan, kita bias memilih mata pelajaran yang selayaknya bias kita ikuti, misalnya jika kita merasa tidak mampu mempelajari pelajaran aplikom kita bias tidak memilihnya, namun jika kita merasa sanggup kita boleh mengambil mata pelajaran pilihan itu, sedangkan waktu kita SD, SMP atau SMA kita tidak bias diagnosis sendiri, ataupun diukur sendiri semua dilakukan oleh guru kita, guru lah yang memantau kebutuhan kita , melalui hasil pemantauan itulah guru mengembangkan proses pembelajarannya, yang terkadang tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan murid itu. Begitu juga dengan indicator perencanaan dalam andragogi kita merencanakan semua system pembelajaran itu sesuia keinginan kita, misalnya jika saya suka dengan pelajaran pendidikan saya akan belajar dirumah sebelumnya, saya bangun pagi-pagi untuk belajar materi yang akan dipelajari hari ini, walaupun tidak ada materi itu di buku pelajaran saya, namun sebaliknya jika saya tidak suka pelajaran tertentu saya tidak akan membaca buku pelajaran itu sebelumnya, saya lebih memilih belajar langsung pada saat di kuliah, dari perencanaan itu kita yang tentukan apa yang ingin kita lakukan. Sedangkan pada saat di andragogi tidak ada perencanaan yang kita buat sendiri, semua dipelajari jika telah diajarkan oleh guru, jarang sekali saya ingin membuka buku dan mempelajari buku matematika ,terutama pelajaran yang belum pernah diajarkan oleh guru kita. Saya akan lebih memilih mempelajari pelajaran yang baru diajarkan guru saya tadi siang. Indicator pengalaman pelajar dalam andragogi lebih banyak, peserta didiknya belajar melalui pengalaman, dari pengalaman pembelajaran lebih realita, seperti pelajaran psikologi perkembangan ,materi yang diajarkan Freud, kita belajar langsung sesuai pengalaman kita, setelah kita kaitkan dengan pengalaman kita sendiri, kita jadi lebihmudah mengingatnya, fase oral, fase anal, phalik, laten dan genital , sudah benar kita rasakan, dari pengalaman itulah kita dapat tahu penyebab fiksasi yang terjadi, misalnya saya yang seka gigit jari bias jadi hal itu dikarenakan fase oral saya yang terjadi fiksasi, hingga saya jadi suka gigit jari. Beda dengan pedagogi disini kita belajar sedikit dari pengalaman pribadi, misalnya ketika diajarkan rumus Sin Cos Tan pada saat SMA kita tidak begitu mengerti mengaitkannya pada pengalaman pribadi, sehinhha lebih sulit mengingatnya, hal inilah yang menyebankan lebih kecil pengaruhnya pada pengalaman kita. Konsep diri dalam Andragogi lebih bersifat mandiri, peningkatan arah diri kita, pembelajaran yang kita pilih sendiri dan ditanggung jawabi sendiri, ketika saya memilih belajar mengikuti seminar diluar kampus , seminar motivasi berarti saya ingin meningkatkan motivasi saya, hal itu saya pilih sendiri, uuntuk meningktkan diri saya, sedangkan pada saat SMP semua pembelajarannya harus saya ikuti , walaupun ada pelajaran yang rasa saya tidak saya butuhkan. Yang menurut saya tidak akan mengembangkan konsep diri saya. Begitulah sedikit perbedaan andragogi dan pedagogi menurut pengalaman pribadi 

Sabtu, 19 April 2014


Kelompok 5:
Rizky Amelia Y. Srg 13-024  http://13024rays.blogspot.com/
M.Yusuf Lubis          12-028  http://12-028myl.blogspot.com/
Bella Negrini             13-034  https://13034bn.blogspot.com
Evilda Syafitri           13-052  http://13052evs.blogspot.com
Devi Silvana              13-072  http://13072devisilvana.blogspot.com/


 Evaluasi Kinerja Kelompok :
Dari keseluruhan dalam membuat observasi, kelompok menemukan beberapa hambatan yang kelompok hadapi dari persiapan observasi sampai dengan observasi selesai. Ada pun hambatan yang terjadi adalah adalah sebagai berikut :
1.      Dikarenakan kelompok memiliki “skema” bahwa observasi itu mudah sehingga kelompok kurang melakukan koordinasi dalam pembagian tugas.
2.      Kelompok terlalu lama meminta izin kepada pihak sekolah sehingga pihak sekolah terlalu lama dalam member izin. sehingga kelompok memutuskan untuk mengobservasi sekolah yang lain.
3.      Ada tiga sekolah yang kelompok datangi, karena kelompok belum memiliki surat izin dari kampus, dua sekolah menolak kami melakukan observasi. Sementara disekolah yang satunya mereka mengizinkan kelompok melakukan observasi tanpa adanya surat izin.
4.      Saat meminta izin dengan sekolah yang ketiga kami mengeneralisasikan sekolah tersebut sama dengan sekolah yang kedua sehingga kami berpikir bahwa sekolah itu tidak mau menerima kami.
5.      Saat kelompok diterima disekolah yang ketiga, kelompok menganggap penerimaan itu sebagai “reward” tersendiri bagi kelompok. Sehingga kelompok lebih bersemangat dalam mengerjakannya.
6.      Penolakan yang didapatkan kelompok melalui beberapa sekolah membuat semangat kelompok menurun. Ini seperti “punishment” dimana konsekuensi yang didapatkan menurunkan probabilitas perilaku.

Evaluasi hasil Observasi
1.       Dari hasil observasi kelompok mengambil kesimpulan bahwa kelompok terlalu focus pada guru dan kurang memperhatikan murid.
2.       Dari hasil observasi kami kurang memperhatikan adanya factor adanya pengalaman pribadi murid sebagai mana dalam teori bronfenbrenner kalau anak di pengaruhi oleh pengalaman pribadi. 











Raymond Bernard Cattell




Raymond Bernard Cattell lahir di Staffordshire, Inggris, pada tahun 1905 dan menyelesaikan semua pendidikannya di Inggris. Ia mendapat gelar B.Sc. dari Universitas London pada tahun 1924 dalam bidang kimia, dan Ph.D dalam bidang spikologi di bawah bimbingan Spearman di institut yang sama pada tahun 1929. Ia menjadi dosen pada University College of  the South West, Exeter, Inggris, tahun 1928-1931 dan menjadi direktur City Psychological Clinic di Leicester, Inggris, tahun 1932-1937. Dia meninggal pada umur 92 tahun di Honolulu, Hawai. Teori catell ini mirip dengan teori Allport, karena berkaitan dengan Trait.

Catell’s Approach to Personality Test
Common Traits and Unique Traits
1. Common traits >  Trait yang dimiliki setiap orang , dimiliki secara umum tapi dibedakan berdasarkan tingkatannya. Sifat ini mungkin dilatarbelakangi oleh hereditas manusia yang kurang-lebih sama, dan kelompok budaya yang dianutnya.                                                     
     Contoh: Inteligensi, introversi, dan suka berteman.
2. Unique traits  >  Trait yang dimiliki sejumlah orang hingga membentuk keunikan. Trait yang dimiliki satu orang saja (bisa juga dimilki  oleh beberapa orang dengan kombinasi antar trait yang berbeda). Sifat unik ini terutama berhubungan dengan interest dan atitude.               
     Contoh : ketertarikan pada olahraga, kesenian, dan hobi lain.


Ability , Temperament, and Dynamic Trait
1. Trait Ability > Trait yang mendeskripsikan kemampuan kita dan kemampuan kita untuk mencapai tujuan kita.                                                                                                                              Contoh: kecerdasan.
2. Trait temperamen >  gaya atau tingkah laku kita secara umum dalam merespon lingkungan.
Contoh: ketenangan atau kegugupan, keberanian, santai, mudah terangsang.

3. Trait dinamik: motivasi atau kekuatan pendorong tingkah laku.
Contoh: dorongan, interes, dan ambisi menguasai sesuatu.
                       
                                                                                                                                     
Surface Traits and Source Traits
1.      Surface Trait adalah sifat yang tampak, yang menjadi hal umum dari beberapa tingkah laku bersifat kurang stabil. Merupakan gabungan dari source traits ataupun elemen tingkah laku. Merespon di situasi berbeda.
Contoh : remaja yang lincah, menyenangkan orang lain, dan merencanakan kegiatan yang menarik, mungkin  dapat dikatakan memiliki trait yang periang (surface traits cheerfulness). Sebaliknya remaja yang senang mengkritik orang lain, memandang masa depan selalu suram, dan tampak kelelahan, dikatakan miliki sifat depresif.

2.      Source Trait adalah elemen-elemen dasar yang menjelaskan tingkah laku. Sifat ini tidak dapat disimpulkan langsung dari amatan tingkah laku, dan hanya dapat diidentifikasi memakai analisis faktor. Bersifat permanen dan stabil.



Constitutional Traits and Environmental – Mold Traits

1.      Constitutional Trait source trait yang bergantung pada physiological karakteristik kita, maksudnya trait yang dipengaruhi kondisi biologis namun belum tentu genetik.
Contoh : Alkohol yang dikonsumsi akan mempengaruhi tingkah laku seperti ; kecerobohan, kecerewetan,.

2.      Environmental Trait : Trait yang dipelajari melalui lingkungan sosial dan interaksi. Trait dibentuk oleh lingkungan yang disekitar.
Contoh ; tingkah laku anggota militer akan berbeda dengan musisi jazz.



 n
   Proses yang menjadi penyebab munculnya perilaku permanen maupun tidak permanen.
Menurut Catell dinamika ini terbagi atas:

1.      Ergs
Dorongan dasar seseorang untuk bisa mencapai tujuannya yang merupakan unit dasar dari dalam diri. Menurut faktor analisis penelitian Catell ada 11 ergs :
1.      Anger (Rasa Marah)
2.      Appeal (ketertarikan, Permohonan)
3.      Curiosity (Ingin tahu)
4.      Disgust (rasa jijik)
5.      Gregariousness (Bersosialisasi)
6.      Hunger (rasa lapar)
7.      Protection (Perlindungan)
8.      Security (keamanan)
9.      Self Assertion (penonjolan diri, Eksistensi)
10.  Self Submission
11.  Sex 



2.      Sentiments
Dorongan atas munculnya sebuah prilaku dikarenakan motivasi, energi, ataupun dorongan yang berasal dari luar diri kita( lingkungan sosial,lingkungan fisik). Sentimen ini didapat melalaui proses belajar.
Beda sergs dan sentiment ialah, ergs lebih bersifat permanen, kalo sentimen tidak, karena didapat melalui proses belajar.
Sentimen dapat dipelajari melalui : komunitas, pekerjaan, agama, hobi maupun pasangan



3.      Attitudes
Sikap ataupu perilaku kita terhadap orang , benda, atau peristiwa tertentu.
Attitudes tidak perlu diungkapkan secara verbal
Contoh : Detak jantung seseorang berubah saat berada di dekat orang yang disukainya.


4.      Subsidiation
Konsep untuk menjelaskan hubungan antara ergs, sentiment dan attitudes dimana saling berhubungan satu dengan yang lain.

5.      The Self – Sentiment
Konsep diri yang tercermin dari diri kita dalam setiap perilaku. Level sentimen yang paling terakhir.



Perkembangan Kepribadian
1.      Infancy
-          Lahir (0) -  6 tahun
-          Periode terpenting, dipengaruhi oleh orang tua dan saudara sekitar
-          Proses Toilet Training

2.      Childhood
-          Umur 6 - 14 tahun
-          Periode konsolidasi (sedikit masalah psikologis)
-          Kemandirian, bebas dari orang tua, meningkatnya pertemanan dan kelompok sosial



3.      Adolescence
-          Umur 14 – 23
-          Banyak masalah psikologis, seputar kemandirian, jati diri, dan seks



4.      Maturity
-          Umur 23-50 tahun
-           Periode kepuasan karir, pernikahan dan keluarga



5.      Late Maturity
-          Umur 50 – 65 tahun
-          Periode menerima diri terhadap perubahan fisik , sosial dan psikologis



6.      Old Age
-          Umur 65 tahun ke atas
-          Periode penyesuaian diri terhadap kehilangan posisi, orang-orang.
-          Religiusitas menungkat



Konsistensi ataupun aturan yang mempengaruhi munculnya sebuah perilaku :
1.      Freewill and Determinism
Freewill > perilaku indidvidu yang didasarkan pada keinginan yang tidak dapat dikontrol oleh dirinya sendiri
Determinism > perilaku individu yang didasarkan pada kemampuannya mengontrol diri sendiri

2.      Nature and Nurture
1/3 kepribadian didasari genetika, 2/3 nya didasari faktor sosial

3.      Past Experiences and Present Experiences
Pengalaman masa lalu dan masa sekarang mempengaruhi tingkah laku.

4.      Uniqueness and Universality
Uniqueness dan universality  adalah pembentuk  kepribadian yang sama porsinya

5.      Equilibrium and Growth
Setiap perilaku dipengaruhi dasar ingin menjaga keseimbangan dalam hidup dan juga dipengaruhi keinginan dan motivasi seseorang.

6.      Optimism and Pessimism
Setiap manusia dibekali sifat optimis dan pesimis yang sama porsinya agar manusia memiliki kemampuan untuk menyelsaikan masalah dalam masyarakat.


ASSESMENT AND RESEARCH
ASSESTMENT
Menurut Catell ada 3 metode primer dalam memperkirakan kepribadian :

L – data
-          Melihat subjek secara langsung di kehidupan sehari-hari
-          Perilaku yang terjadi secara natural



Q-data
-          Subjek diamati melalui pengisian kuesioner.
-          Namun bersifat tidak akurat

contoh kuesioner :


T-data
-          Informasi kepribadian subjek diperoleh melalui tes
-          Kurang subjektif



Tes PF 16
Tes yang didasarkan dari 16 sifat sumber utama. Tes ini pada dasarnya untuk anak berusia 16 tahun, dan hasil skornya berasal dari 16 skala.
Tes ini bersifat objektif dan banyak digunakan untuk menilai kepribadian dengan tujuan penelitian , diagnosis, dan prediksi kesusksesan.

RESEARCH
Catell membagi 3 cara untuk mempelajari kepribadian :
1.      Pendekatan Bivariate > metode standar dimana psikolog memanipulasi variabel independen untuk menentukan adanya efek pada perilaku subjek
2.      Pendekatan Clinical > studi kasus, analisis mimpi, aosiasi bebas, dan teknik yang sama , sangat subjektif, oleh karena itu tidak menghasilkan data verifikasi dan terukur
3.      Pendekatan Multivariate > pendekatan yang menghasilkan hasil sangat spesifik.trait ini didapat dari korelasi antar semua nilai.