Sinta Meilastry (131301092)
EVALUASI PEMBELAJARAN PEDAGOGI KELOMPOK 9
1. Evaluasi berdasarkan pelaksanaan presentasi tugas
· Kelompok sudah cukup siap untuk mempresentasikan pembelajaran yang dilakukan, yang diperlengkapi dengan kesiapan mental dan kesiapan bahan materi yang akan diprsentasikan.
· Materi presentasi menampilkan latar belakang pembelajaran, teori yang mendasari pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pembagian tugas, serta dokumentasi.
· Kendala secara teknis, proyektor yang tersedia ternyata kurang memadai, sehingga kelompok harus berulang kali memperbaiki sambungan antara laptop dengan proyektor.
· Kendala dari kelompok : salah satu anggota kelompok terlambat masuk, sehingga tidak turut melakukan presentasi bersama anggota kelompok lainnya.
2. Evaluasi berdasarkan feedback (pertanyaan, saran, dan kritik)
2.1 Pertanyaan, saran, dan kritik dari teman-teman
Firman 13-088
1. Apa yang melatarbelakangi tema “Love Your Country”?
Jawaban kelompok : Pada prinsip yang kelompok yakini tentang pedagogi adalah membimbing anak untuk mencapai kedewasaan. Salah satu ciri penting yang harus dimiliki oleh pribadi yang dewasa adalah mengenal dan mencintai negara tempat kelahirannya. Oleh karena itu lah pembelajaran yang bertemakan “Love Your Country” cukup mewakili tujuan kami untuk membentuk ciri pribadi yang dewasa pada diri anak karena tema ini berkaitan dengan pengenalan terhadap negara tempat mereka tinggal.
2. Coba jelaskan intersection dari ketiga tema pembelajaran yang dilakukan selama tiga hari tersebut?
Jawaban kelompok : Selain mengenal dan mencintai negara, kelompok juga meyakini bahwa pribadi yang dewasa adalah pribadi yang kreatif dan memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik. Oleh karena itu lah kelompok mencoba memberikan pembelajaran dengan tujuan spesifik yang berbeda-beda dalam kurun waktu tiga hari. Kelompok berpendapat bahwa ketiga hal tersebut harus diberikan secara bersamaan agar tujuan utamanya dapat tercapai dengan lebih maksimal. Tujuan utama dimaksudkan sebagai tujuan membimbing anak mencapai kedewasaannya.
3. Kenapa presenter tidak menjelaskan alasan Lindka tidak ikut serta di hari pertama?
Jawaban kelompok : Untuk pertanyaan ini sesungguhnya murni karena kesalahan presenter yang lupa untuk menjelaskan ketidakhadiran dari salah satu anggota kelompok.
Rizki amelia 13-024
1. Kenapa anggota memiliki lebih dari satu peran?
Jawaban kelompok : Hal ini dikarenakan kelompok berusaha untuk mengoptimalkan kinerja berdasarkan jumlah kehadiran anggota kelompok. Sebagai catatan, kehadiran anggota kelompok tidak cukup lengkap dalam setiap pembelajaran yang dilakukan. Dalam satu kali pertemuan, anggota yang hadir hanya 3-4 orang, padahal jumlah anggota kelompok yang sebenarnya adalah 5 orang. Oleh karena itu dalam setiap pertemuan ada saja anggota kelompok yang memiliki dua peran seperti mengambil dokumentasi sekaligus sebagai pengajar.
2. Bagaimana indikator mengenai tujuan pembelajaran telah tercapai atau tidak?
Jawaban kelompok : Untuk melihat indicator keberhasilan tujuan pembelajaran adalah dengan cara melakukan wawancara terhadap anak-anak yang menjadi murid kami. Kami bertanya kembali apa saja yang mereka ingat terhadap materi pembelajaran yang diberikan selama tiga hari. Hasilnya anak-anak sudah dapat mengingat kembali apa saja atribut negara Indonesia, menyampaikan perasaan senang mereka untuk kegiatan menghias kue, dan dapat menyebutkan beberapa nama buah dalam bahasa Inggris. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari anak-anak ini, kelompok pun beranggapan tujuan pembelajaran sudah tercapai dengan cukup baik.
Devira 13-031
1. Dengan adanya anggota yang tidak hadir, lalu bagaimana esensi tanggung jawab orang dewasa dalam praktek peadagogi?
Jawaban kelompok : Untuk menanggapi pertanyaan ini, kelompok sadar bahwa hal tersebut adalah salah satu kelemahan dari kinerja kelompok kami. Kelompok cukup kesulitan mengkoodinasikan waktu yang tepat untuk melakukan praktek pembelajaran secara bersama-sama. Oleh karena itu lah bagi kelompok, hal ini menjadi kritik yang mengingatkan agar kelak kami dapat menjadi pengajar yang lebih bertanggung jawab bagi anak-anak.
2. Bagaimana dengan anak-anak yang tidak antusias?
Jawaban kelompok : Kelompok menjelaskan bahwa awalnya anak-anak yang menjadi murid kami memang kurang antusias, namun pada hari berikutnya kelompok menemukan ada antusiasme yang meningkat pada diri anak-anak tersebut.
2.2 Pertanyaan, saran, dan kritik dari dosen pengampu Bu Dina
· Kehadiran dari anggota kelompok yang kurang lengkap merupakan hal yang seharusnya tidak boleh terjadi. Kelompok diharapkan dapat menjalankan peran sebagai pembimbing anak-anak dengan lebih bertanggung jawab.
· Tema pembelajaran kurang komperehensif. Sebaiknya kelompok dapat memberikan pembelajaran dengan tema yang lebih komperensif misalnya lebih memfokuskan program pembelajaran pada satu tema “Love Your Country”.
· Kelompok menyebutkan Presiden Indonesia dengan nama Jokowi, padahal seharusnya yang benar dan tepat adalah Joko Widodo. Kelompok seharusnya bertugas memberikan informasi yang setepat-tepatnya berkaitan dengan materi pembelajaran.
· Terlepas dari kekurangan yang dimiliki kelompok, bagaimanapun usaha yang dilakukan oleh kelompok dalam memberikan program pembelajaran dalam prinsip pedagogi, layak mendapat apresiasi. Kekurangan yang ada seharusnya bukanlah hal yang mematahkan semangat, namun sebagai bahan pembelajaran untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik lagi.
Rinnie Indira Nauly 13-066m
Lindka Pratiwi 13-068
Devi Silvana 13-072
Ibrena Putri Teresa 13-112
Listener , Watcher , Perpetrator
Everything that i think, That i must share!
Senin, 15 Juni 2015
Senin, 27 April 2015
LAPORAN TUGAS PEDAGOGI KELOMPOK 9
Rinie Indira Nauly 131301066
Lindka Pertiwi 131301068
Devi Silvana 131301072
Sinta Meilastry 131301092
Ibrena Putri 131301112
Pedagogi (Pembelajaran yang aktif dan kreatif)
A. Latar Belakang
Pedagogi
dikatakan sebagai sebagai pendidikan yang diperuntukkan bagi anak-anak.
Anak-anak dianggap belum memiliki kemampuan yang matang untuk mengembangkan
potensi yang seutuhnya. Karena ketidakmampuan inilah maka diperlukan peran
orang dewasa untuk mengajar dan membimbing anak-anak untuk mencapai potensi
diri yang seutuhnya. Kemampuan untuk mengembangkan potensi diri yang seutuhnya
disebut sebagai pencapaian kedewasaan.
Untuk menjadi
manusia yang dewasa yang berkompeten, maka diperlukan pembelajaran-pembelajaran
yang berkaitan tentang bagaimana mengoptimalkan potensi-potensi yang ada di
dalam diri anak. Potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan dan dimafestasikan
ke dalam kegiatan yang aktif dan kreatif. Hal ini dikarenakan anak-anak adalah
masa dimana manusia aktif bergerak dengan intensitas tinggi. Anak-anak
cenderung lebih mampu belajar apabila benar-benar aktif merasakan dan berperan
serta dengan suatu kegiatan belajar.
Manusia yang
dewasa adalah dia yang memahami identitasnya sebagai bagian dari suatu negara.
Oleh karena itu, sejak dari anak-anak harus sudah dimulai pengenalan tentang
identitas negaranya. Dengan mengetahui identitas negaranya, maka kita telah
menanamkan dasar rasa nasionalisme sejak dini pada anak-anak.
Selain itu
kretifitas adalah kompetensi yang juga penting untuk mampu bersaing dengan
orang lain. Kreatifitas pun harus mulai dipupuk ketika masih anak-anak. Ketika
kesempatan mengembangkan kreativitas telah dipupuk sejak kecil maka kelak
ketika dewasa anak tersebut dapat terus terbiasa mengaplikasikan kreativitasnya
dalam kehidupan sehari-hari
Selanjutnya
mengenai bahasa internasional bahasa Inggris, tentulah kemampuan ini sangat
diperlukan agar bisa menjadi katalisator bagi anak untuk mengembangkan
potensinya di kancah internasional. Belajar bahasa asing pastinya akan lebih
sulit untuk dipelajari. Namun mengingat usia anak-anak yang kerap diidentikkan
rasa ingin tau yang tinggi, maka sangatlah tepat pembelajaran bahasa inggris
dimulai sejak kecil karena disitulah usia awal manusia tertarik dengan bahasa asing.
Dengan uraian
penjelasan diatas, maka fokus pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran
yang mengutamakan keaktifan anak untuk bergerak dan mengembangkan
kreatifitasnya. Proses pembelajaran melibatkan tema-tema yang dianggap penting
untuk mengoptimalkan kemampuan yang ada di dalam diri anak dan dilakukan dengan
cara-cara yang menarik perhatian.
B. Landasan teori
Dalam melakukan
pembelajaran pedagogi ini, kami menggunakan dasar teori scaffolding oleh Lev Vygotsky. Scaffolding adalah suatu teknik ataupun
prosedur mengajar yang dilakukan oleh orang dewasa pada anak dengan
memberi bantuan di awal pengajaran
dengan tujuan kelak anak dapat melakukan hal yang diharapkan secara mandiri. Oleh
karena itu dalam setiap kegiatan pemebelajaran yang dilakukan, anak selalu
diberikan pengarahan terlebih dahulu
tentang bagaimana memahami dan melakukan tugas yang diberikan.
C. Alat dan bahan
Pertemuan 1
Alat dan Bahan
|
Jumlah
|
Biaya
|
Gambar-gambar atribut negara Indonesia dan dicampur dengan
atribut-atribut yang salah
|
4 lembar kertas A4 X 3
|
Rp 22.000
|
Gunting
|
|
-
|
Reward (jussie + wafer)
|
3 botol jussie + 2 bungkus wafer
|
Rp 10.000
|
Total
|
|
Rp 32.000
|
Pertemuan 2
Alat dan Bahan
|
Jumlah
|
Biaya
|
Cupcake
|
4 potong
|
Rp 32.500
|
Gery pasta rasa cokelat
|
4 bungkus
|
Rp 3.500
|
Richeese pasta rasa keju
|
4 bungkus
|
Rp 3.000
|
Meses warna-warni
|
1 bungkus
|
Rp 4.000
|
Cha-cha
|
1 bungkus
|
Rp 5.500
|
Tisu
|
|
-
|
Piring
|
|
-
|
Sendok
|
|
-
|
Reward (susu ultra)
|
4 kotak
|
Rp 10.000
|
Total
|
|
Rp 58.500
|
Pertemuan 3
Alat dan Bahan
|
Jumlah
|
Biaya
|
Gambar-gambar buah
|
8 lembar kertas A4
|
Rp 12.000
|
Buku tebal untuk menempelkan penjelasan nama-nama buah
|
2 buku
|
-
|
Lem
|
|
-
|
Gunting
|
|
-
|
Reward (jussie + oreo mini
+ astor mini)
|
4 botol jussie + 2 bungkus oreo mini + 2 bungkus astor mini
|
Rp 12.000
|
C. Pelaksanaan
Pembelajaran ini dilaksanakan di Jalan Konggo Gang Baru No
120 Desa Sei Semayang, yang dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan.
Pertemuan 1
Pertemuan Pertama
Tema: Love Your Country
|
||||
Indikator/Aspek Materi yang akan
diajarkan
|
Waktu
|
Materi
|
Media
|
Metode Pelaksanaan
|
Perkenalan
|
|
|
|
|
Mengembangkan keterampilan kognitif dan psikomotorik anak :
~ Mampu mengenal beberapa atribut negara Indonesia
~ Mengenal warna bendera
~ Mampu membedakan yang mana atribut negara dan yang tidak
|
18.00 – 19.00
|
~Memperkenal-kan atribut-atribut negara Indonesia dengan cara bermain
game
|
~ Gambar-gambar atribut negara Inonesia dan atribut yang salah
|
~ Kami meletakkan atribut-atribut kenegaraaandi atas meja ke dalam
tiga bagian, yang dicampur dengan atribut-atribut yang salah (seperti burung
kasuari, foto presiden negara lain, bendera negara lain dan foto menara pisa)
~Sebelum memulai permainan, kami menjelaskan dan menunjukkan replika
bendera Indonesia, gambar burung garuda,
gambar monas, dan foto presiden sebagai bagian dari identitas negara
Indonesia.
~ Instruksi selanjutnya adalah setiap anak diminta untuk memilih
atribut-atribut yang benar mengenai negara Indonesia
~ Anak yang berhasil paling cepat dan tepat mengumpulkan setiap
atribut, diberikan reward yang lebih
banyak dari temannya yang lain.
|
Penutup
|
|
|
|
|
Waktu : Pukul 18.00, Rabu 22 Maret 2015
Durasi : 60 menit
Jumlah anak : 3 orang
Dengan rincian pembagian tugas sebagai berikut :
Mempersiapkan alat dan bahan : Ibrena, Sinta
Pengajar : Rinie, Ibrena, Sinta
Pembeli reward :
Ibrena
Dokumentasi : Ibrena, Rinie
Pertemuan 2
Pertemuan Kedua
Tema: Love Your Friends and Express
Your Creativity
|
||||
Indikator/ Aspek Materi yang akan
Diajarkan
|
Waktu
|
Materi
|
Media
|
Metode Pelaksanaan
|
Perkenalan
|
|
|
|
|
Berkarya dan mengembangkan kreativitas membuat kue untuk diberikan
kepada temannya. Sekaligus dimaksudkan untuk mengajarkan anak belajar memberi
kepada orang lain (teman) melalui karya yang mereka buat.
|
17.00 – 18.00
|
~Menghias cupcake dengan
bahan-bahan yang telah disediakan
|
~cupcake
~meses warna-warni
~ pasta
~ cha-cha
|
~ Kami
menyediakan cupcake yang akan
mereka hias, meses dan cha-cha untuk taburan, dan pasta dua rasa.
~ Kami
melakukan demonstrasi bagaimana menghias cupcake
tersebut, lalu anak-anak akan diberikan kebebasan untuk menghias cupcakenya dengan kreativitasnya
sendiri namun tetap dalam pantauan
kami.
~ Cupcake yang sudah dihias akan diberikan
kepada temannya dan dibawa pulang
|
Penutup
|
|
|
|
|
Waktu : Pukul 17.00, Kamis 23 Maret 2015
Durasi : 60 menit
Jumlah anak : 4 orang
Dengan rincian pembagian tugas sebagai berikut :
Mempersiapkan alat dan bahan : Devi, Lindka, Sinta
Pengajar : Lindka, Devi
Pembeli reward : Sinta
Dokumentasi : Devi
Pertemuan 3
Pertemuan Ketiga
Tema: Fun With English
|
||||
Indikator/ Aspek Materi yang akan
Diajarkan
|
Waktu
|
Materi
|
Media
|
Metode Pelaksanaan
|
Pembukaan
|
|
|
|
|
~ Memberikan tambahan wawasan pada anak-anak tentang bahasa Inggris
~ Melatih mengembangkan kemampuan anak untuk bekerja sama dengan
temannya
|
18.00 – 19.00
|
~ Belajar mengenal nama-nama buah dalam bahasa Inggris
|
~ Gambar-gambar buah
|
~ Pertama
kami memberikan penjelasan tentang beberapa buah dan bahasa Inggrisnya
sekaligus dengan memberikan contoh gambar buahnya.
~ Lalu kami
membuat game dengan membagi anak ke
dalam dua kelompok, agar anak dapat berkesempatan mengembangkan kemampuan
bekerja sama.
~ Game yang dilakukan yaitu dengan
meminta anak-anak untuk menempelkan gambar buah di bawah tulisan nama buah
dalam bahasa Inggris.
~ Kelompok pemenang adalah kelompok yang
pertama kali mampu menempelkan gambar buah dengan nama yang tepat dan akan
mendapat harga reward yang lebih
besar.
|
Evaluasi
|
|
|
|
|
Waktu : Pukul 18.00, Jumat 24 Maret 2015
Durasi : 60 menit
Jumlah anak : 4 orang
Dengan rincian pembagian tugas sebagai berikut :
Mempersiapkan alat dan bahan : Ibrena, Sinta, Lindka, Devi
Pengajar : Sinta, Ibrena
Pembeli reward :
Sinta
Dokumentasi : Ibrena, Devi
D. Evaluasi
Berdasarkan
dari pembelajaran yang dilakukan selama tiga kali pertemuan, kelompok dapat
melihat antusiasme anak yang ditandai dengan keaktifan anak yang terus
meningkat dari hari ke hari dan berdasarkan kedisiplinan anak untuk hadir tepat
waktu dalam mengikuti kegiatan belajar. Dalam setiap pertemuan, anak-anak
terlihat bersemangat untuk aktif bergerak dan berkompetisi mengerahkan
kemampuan terbaik mereka. Berdasarkan pendapat anak-anak tersebut, mereka
paling tertarik dengan kegiatan belajar di pertemuan kedua yaitu menghias kue.
Namun yang terpenting adalah ketika kembali ditanyakan seputar materi pembelajaran
selama tiga kali pertemuan, mereka akhirnya mampu memahami dan mengingat
atribut-atribut negara Indonesia, tahu bagaimana menghias kue sendiri, dan
mengingat nama-nama buah dalam bahasa Inggris.
D. Saran dan Kesimpulan
Usia
anak-anak adalah usia dimana seseorang aktif bergerak. Anak-anak cenderung akan
lebih mampu belajar melalui keaktifan mereka. Oleh karena itu kelompok kami
berpendapat, agar setiap pembelajaran yang dikhususkan bagi anak-anak janganlah
hanya menuntut anak untuk duduk manis mendengarkan materi pembelajaran. Namun
sebaliknya kegitan belajar tersebut dilakukan dengan mengutamakan keaktifan
anak dan tetap mempertimbangkan tema-tema dan cara-cara yang menarik.
Jumat, 26 Desember 2014
Analisa Fenomena Berdasarkan Teori David McClelland
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-– Wacana pengurangan jam kerja untuk perempuan yang dilontarkan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, ternyata mendapat tanggapan yang beragam dari para karyawan perempuan. Banyak yang setuju,tapitak sedikit pula yang menolak wacana tersebut.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Majelis Ulama
Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin, menyatakan, jam kerja sebaiknya diukur
berdasarkan kemampuan para pekerja di sebuah perusahaan. Ia melihat adanya
kecenderungan aktivis perempuan reaktif terhadap wacana pengurangan jam kerja
perempuan.
KH Ma'ruf Amin mengatakan perlu diadakan dialog agar tidak
menimbulkan polemik jika wacana itu diwujudkan ke dalam sebuah aturan. “Kalau
dari segi kemampuan, memang berbeda (antara perempuan dan laki-laki). Tapi
kalangan pendukung kesetaraan gender, cenderung tidak mau (implementasi wacana
tersebut). Maka perlu dialog,” kata KH Ma'ruf Amin saat dihubungi Republika
Online (ROL), Kamis (25/12).
Ma'ruf Amin menekankan, pentingnya bagi tiap perempuan
pekerja untuk membagi waktu terhadap keluarga di rumah. Utamanya, kehadiran
istri bagi suami serta ibu bagi anak-anak tidak boleh diabaikan porsi waktunya.
Dengan begitu, lanjutnya, manfaat pengurangan jam kerja
perempuan diharapkan berfokus pada keseharian keluarga perempuan yang
bersangkutan. Sehingga bukan berarti membanding-bandingkan antara dua pihak.
Laki-laki di satu sisi dan perempuan di sisi lain.
Jam Kerja Dikurangi, Komnas Perempuan: Ini Memberi Beban
Ganda
PerempuanREPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Wacana pengurangan jam kerja perempuan
yang sepekan ini santer terdengar, ternyata dinilai sebagai sebuah diskriminasi
serta memberi beban baru bagi kaum Hawa.
“Ada gagal konsep dari wacana pengurangan jam kerja bagi
perempuan ini. Jika alasan pengurangan jam kerja bagi perempuan karena masalah
pengasuhan dan konsepsi ideal seorang ibu, hal ini dianggap sebagai beban ganda
perempuan,” ujar Komisioner Komnas Perempuan Andy Yentriyani, dalam rilisnya,
Ahad (7/12).
Pengurangan jam kerja perempuan, ujarnya, sama saja
merumahkan perempuan atau lebih tepatnya merupakan bentuk diskriminasi terhadap
perempuan.Selama ini, stigma terhadap perempuan berkarier adalah perempuan yang
tak bisa mengurus rumah tangga. Padahal, imbuh Andy, perempuan berkarier adalah
hak, dan terkadang merupakan tuntutan hidup.
Kondisi inilah yang ia maksud terjadi beban ganda yang harus
disandang perempuan. Satu sisi sebagai pencari nafkah, di sisi lain sebagai ibu
rumah tangga.
“Semestinya bukan jam kerja yang dikurangi. Tetapi perbaikan
infrastruktur negara yang mampu mendukung perempuan dalam menjalankan
perannya,” jelas Andy.
Misalnya, memperbaiki infrastruktur transportasi agar
perempuan bisa mengakses transportasi yang aman dan cepat agar waktu tak habis
di jalan.
"Komnas Perempuan mengingatkan bahwa niat baik saja
tidak menjamin kebijakan yang dihasilkan tidak memiliki muatan yang
diskriminatif," ujar Andy.
Komnas Perempuan menilai kebijakan ini akan meminggirkan
perempuan di dunia kerja sebab ia akan dipandang sebagai tenaga kerja yang
tidak kompetitif dan tidak produktif. Artinya, realisasi usulan ini merupakan
langkah mundur dalam upaya menghapus diskriminasi terhadap perempuan.
JK: Pengurangan Jam Kerja Wanita Baru Wacana
REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN -- Wakil Presiden (wapres) Jusuf
Kalla menjelaskan pengurangan jam kerja wanita baru bersifat wacana.
"Itu baru wacana," kata Wapres Jusuf Kalla saat
melakukan kunjungan kerja ke Sragen, Jawa Tengah, Jumat (5/12).
Dia menjelaskan, banyak masyarakat yang kurang paham bahwa
wacana pengurangan jam kerja bagi wanita tersebut hanya ditujukan bagi ibu yang
memiliki anak kecil. "Hanya ditujukan bagi ibu yang memiliki anak kecil,
tidak semuanya," katanya.
Menurut pria yang akrab disapa JK tersebut, wacana itu
bertujuan untuk menjaga masa depan bangsa. Karena dengan memiliki waktu lebih
banyak untuk anaknya, maka orang tua bisa lebih banyak berinteraksi dengan anak-anak
sekaligus mendidiknya.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai jam kerja
pegawai perempuan harus dikurangi selama dua jam. Pengurangan ini diperlukan
agar perempuan bisa memiliki waktu lebih untuk keluarga dan mendidik anak. Hal
ini disampaikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pertemuannya dengan Persatuan
Umat Islam di Jakarta.
Sementara itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) mendukung usulan Wakil Presiden Jusuf Kalla terkait pemotongan
jam kerja pekerja perempuan. "BKKBN mendukung, karena itu sangat baik dan
proanak-anak," kata PLT Kepala BKKBN Fasli Jalal.
Menurut dia, pemotongan waktu sekitar dua jam memiliki
dampak yang sangat besar. "Berarti anak memiliki waktu lebih lama untuk
berinteraksi dengan ibu mereka, dan itu sangat baik bagi tumbuh kembang
anak," katanya. Keberadaan orang tua, kata Fasli sangat penting dalam
mempengaruhi kualitas anak-anak.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-– Wacana pengurangan jam kerja untuk perempuan yang dilontarkan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, ternyata mendapat tanggapan yang beragam dari para karyawan perempuan. Banyak yang setuju,tapitak sedikit pula yang menolak wacana tersebut.
Seperti Ardila Sani, buruh pabrik sepatu asal Lampung
tersebut tak setuju dengan wacana tersebut. Menurutnya, kebijakan tersebut
justru akan menimbulkan kerugian pada perempuan sendiri. “Memang ada sisi
positif dan negatifnya, tapi saya lebih tidak setuju,” katanya.
Ia mengatakan, bahwa perusahaan tentunya tidak akan mau
rugi. Jika jam kerja perempuan dikurangi, namun tetap membayar gaji yang sama
dengan laki-laki, perusahaan pasti lebih memilih merekrut pekerja laki-laki,
dan akan berpikir ulang untuk menerima pekerja perempuan.
“Secara perusahaan mana mau rugi. Kalo jam kerja cewek
dikurangn tapi gaji masih sama kaya cowok lama-lama perussahaan tidak mau lagi
nerima cewek dong,” kata wanita berumur 22 tahun tersebut.
Karena menurut Dila,sapaan akrabnya, perusahaan tentunya
punya target produksi. Target produksi itulah yang terkadang membuat karyawan
bekerja lembur. Jadi, jika jam kerja dikurangin akan sangat berpengaruh pada
target produksi.
Berbeda dengan Dila, Hilda Arnaz yang bekerja di salah satu
bank swasta, mengaku setuju dengan wacana pengurangan jam kerja untuk wanita
tersebut. Menurutnya itu sangat baik, apalagi bagi perempuan yang sudah
berkeluarga.
“Perempuan kan masih harus ngurus keluarga dirumah, apalagi
kalau udah punya anak. Sebisa mungkin sebelum suami pulang, istri harus sudah
ada di rumah duluan,” kata Wanita asal Sumatera Barat tersebut.
Kasatpol PP Jakarta Tolak Usulan Wapres JK
REPUBLIKA.CO.ID, GAMBIR - Usulan yang dilakukan oleh Wakil
Presiden Jusuf Kalla (JK) mengurangi jam kerja pegawai perempuan selama dua jam
menuai pro dan kontra. Di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta
contohnya, tidak semua Pegawai Negeri Sipil (PNS) perempuan setuju dengan
usulan tersebut.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Koja, Siti
Mulyati, ia mengaku secara profesional kurang setuju dengan pengurangan jam
kerja. Karena, kata dia, akan ada pembedaan perlakuan kepada kaum perempuan.
"Seharusnya tidak usah ada perlakuan istimewa, laki-laki dan perempuan
mempunyai hak yang sama," ujar Siti kepada Republika, Jumat (5/12).
Menurut perempuan berusia 53 tahun itu, pemotongan jam kerja
justru akan menimbulkan kecemburuan sosial. "Nanti para pegawai laki-laki
banyak yang tidak terima," ucapnya. Namun, lanjut ibu dua orang anak itu,
ia juga tidak menampik usulan wapres itu memberikan keuntungan bagi kaum hawa.
Karena, dengan usulan tersebut para ibu dapat mengurus keluarganya terlebih
dahulu sebelum bekerja.
Kepala Unit Pengelola (UP) Kawasan Monumen Nasional (Monas),
Rini Hariyani mengaku setuju dengan pengurangan jam kerja selama dua jam bagi
PNS wanita. Namun, kata dia, kebijakan itu harus dilihat dari usia anak-anak
para PNS wanita yang bekerja. Apakah, anak PNS wanita itu masih memerlukan
pengawasan atau tidak. "Ya, boleh itu diberlakukan, tapi memang
betul-betul yang punya anak-anak dalam usia masa perkembangan. Contohnya,
karyawan (PNS) wanita yang masih punya SD, SMP atau SMA," kata ibu dua
orang anak itu.
Rini mengatakan, kalau PNS wanita yang anaknya sudah kuliah,
sah-sah saja tidak dipotong jam kerjanya. Pasalnya, selain tidak ada kegiatan
di rumah karena anak sibuk kuliah, para PNS wanita itu harus mengabdikan
tenaganya di kantor. "Jadi jangan dipukul rata, bukan karena saya punya
anak SMA. Tapi, yang perlu pendampingan seorang ibu adalah anak yang masih
duduk di bangku SD dan SMP," paparnya.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/14/12/05/ng3ndv-kasatpol-pp-jakarta-tolak-usulan-wapres-jk
TEORI DAVID MCCLELAND
Referensi:
Schultz dan Schultz. 2005. Theories of Personality
TEORI DAVID MCCLELAND
I.
McClelland
Teori
kebutuhan McClelland dikembangkan oleh David McClelland dan rekan-rekannya.
Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan
yaitu kebutuhan prestasi (need for achievement), kebutuhan kekuasaan
(need for power), dan kebutuhan hubungan (need for affiliation)
David
Mc.Clelland mendalami Needs Theory dari Henry Murray. Ia meneliti 3 motif
utamayaitu prestasi, kekuasaan dan afiliasi untuk meninjau dan mengevaluasi
tentang bagaimana sistem motif ini mempengaruhi perilaku.
Seperti yang kita ketahui David McClelland dan
rekan-rekanyya terkenal dengan teori mereka yang berorientasi dengan kebutuhan. Masing-masing
indivivu memiliki kebutuhan yang berbeda terhadap dirinya sesuai dengan karakter
dan pola pikir individunya. Individu yang need of powernya tinggi cocok jika
ditempatkan di posisi sebagai pemimpin utama, yang mengatur banyak orang, dan
mengatur segala keperluan organisasi, indidvidu yang kebutuhan afiliasi/
berhubungan dengan orang lainnya tinggi lebih cocok ditempatkan di suasana
kerja yang terdapat banyak individu lain, yang membutuhkan tim kerja,
kesepakatan bersama dan terjalin banyak interaksi antar individu , cocok
ditempatkan sebagai marketer, spg, dealer, dan sejenisnya. Sedangkan orang yang
kebutuhan berprestasi sangat tinggi biasanya cocok menjadi orang yang
kompetitif, pembentuk ide baru, solusi tepat, inovasi serta yang berkaitan
dengan kemampuan diri.
Need
for Achievement
1. Keinginan yang kuat untuk bertanggung
jawab secara pribadi.
2. Kecenderungan memilih tingkat kesulitan
sedang dalam membuat target dan mengambil resiko.
3. Keinginan yang kuat untuk mengkonkritkan
umpan balik.
4. Menyukai kegiatan menyelesaikan tugas
semaksimal mungkin.
Need for Power
1. Menyukai kegiatan mengarahkan dan
mengendalikan orang.
2. Memperhatikan hbubungan antara pemimpin
dan pengikut.
3. Menikmati berkompetisi.
Need
for Affiliation
1. Ingin disukai oleh banyak orang.
2. Lebih suka bekerjaasama.
3. Berupaya untuk menjalin hubungan dengan
semua orang
4. Mencari peluang untuk berkomunikasi.
Pembahasan Teori McClelland Berkaitan dengan Artikel
Sama halnya dengan yang sudah dijelaskan bahwa setiap
individu memiliki porsi need yang berbeda sesuai dengan pola pikirnya. Ada need
of affiliation, need of achievement, need of power. Berkaitan dengan fenomena
yang digambarkan diatas , dimana ada banyak wanita yang menerima usulan wakil
presiden mengenai pengurangan jam kerja bagi pegawai wanita, namun tak kalah
juga banyak wanita yang menolak pengurangan jam kerja ini. Bisa dikatakan
orientasi individu terhadap kebutuhan pribadinya sangatlah berbeda satu dan
lain.
Seperti yang diungkapkan ketua majelis ulama Indonesia
dimana atas sikap reaktif wanita terhadap pengurangan jam kerjaa, dimana wanita
mengatakan bahwa ini merupakan diskriminasi, namun majelis lama menolak , ia
mengatakan bahwa ini bukan diskriminasi melainkan pentingnya wanita memikirkan
keluarga bukan lah perbedaan gender.
Komisioner Komnas perempuan juga mengatakan penolakan
terhadap pengurangan jam kerja ini, ia mengatakan bahwa ini menunjukkan
pembentukan peran ganda bagi wanita. Ia mengatakan bahwa bukan jam mkerja yang harus
dikurangi , infrasruktur , transportasi bagi wanita yang harus diperbaiki agar
wannita dapat menjalani perannya sebagai pencari nafkah dan ibu rumah tangga
dengan baik. Ini akan menimbulkan pemikiran bahwa pekerja wanita itu tidak
produktif dan kompetitif hal ini akan memperjelas diskriminasi dalam dunia
kerja.
Ada wanita yang jelas menolak karena pengurangan jam kerja
ini akan merugikan perusahaan dan individu bersangkutan, deimana dengan jam
kerja yang berbeda perusahaan harus membayar dengan gaji yang sama dengan
pekerja yang full time. Ini akan membuat perusahaan akan lebih memilih pria
sebagai pegawai perusahaannya. Namun ada wanita lain yang mengatakan bahwa pengurangan
jamkerja ini akan berdampak positif, karena peran wanita sebagi rumah tangga
akan semakin baik. Sama halnya dengan
kepala Satpol PP Koja yang menolak
pengurangan jam kerja ini, ia mengatakan bahwa dengan adanya pengurangan jam
kerja ini akan menimbulkan kecemburuan bagi kaum lelaki, menimbulkan juga sikap
egois bagi wanita dimana ia mememntingkan kepentingan keluarga dan mengabaikan
/ lalai mengerjakan tugas kantornya.
Dilemma ini menggambarkan perbedaan kebutuhan di masing-masing
individu dapat dilihat ada wanita yang menolak pengurangan jam kerja ini
menggambarkan kebutuhan dia akan prestasi sangat tinggi, dimana ia merasa
dengan bekerja ia bisa memenuhi kebutuhan pribadi, member uang tambahan atau
sekedar mengembangkan karirnya. Ia menolak pengurangan jam kerja karena
beranggapan kesempatan dia dalam memnunjukkan prestasinya akan berkurang,
disaingi dengan pegawa lelaki yang memiliki kesempatan lebih besar. Ketika ada
pegawai wanita yang melamar perusahaan akan berfikir dua kali utnuk memilih
wanita sebagai pegawai, ini sangat jelas menggambarkan kebutuhan berprestasi
yang dijadikan orientasi utama bagi wanita ini. Jadi kadang kala wanita yang
mempunyai keinginan maksimal dalam menyelasaikan tugasnya, bertanggung jawab
secara pribadi akan terhalang karena kuranganya posisi yang diberikan
lingkungan kerja. Kreativitas masing-masing wanita tidak akan berkembang.
Kebutuhan akan kekuatan (need of power) juga tergambar
disini, ketika ada yang mengatakan kesempatan yang akan diberikan akan berbed
antar wanita dan lelaki akan berbeda, menunjukkan diskriminasi langsung bagi
wanita. Berkurangnya kesempatan untuk dipilih sebagai pemimpin, mengemban
tanggung jawab lebih besar. Diskriminasi yang awalnya ingin dihapuskan malah
mencuat kembali, akan banyak wanita yang di nomor duakan dalam dunia kerja. Kebutuhan
akan kekuatan yang mendorong hal ini menjadi konflik. Para wanita yang inigin
mengembangkan dirinya, menmpati posisi tertinggi dalam dunia kerja, mengatur
orang lain, meninginkan kompetisi, semua akan terhalang.
Namun ada wanita yang kebutuhan afiliasinya tinggi, sehingga
ia menerima ususlan ini. Ia mementingkan hubungan dia dengan keluarga, peran
sebagai istri dan ibu di keluarga. Ia akan cenderung mendukung kebijakan ini. Namun
bagaimana dengan wanita yang kebutuhan afiliasi terhadap dunia kerjanya
tinggi?? Keinginan ia bekerja dan berinteraksi dengan orang banyak, keinginan
membuat visi dan strategi bersama, keinginan disukai orang banyka, keinginan
berkomunikasi dengan semua pegawai dan atasan. Hal ini mungkin akan menimbulkan
dilema bagi banyak wanita. Namun masing-masing individu pastinya sudah
menemukan strategi sendiri dalam memnuhi kebutuhannya, menyeimbangkan perannya
sebagai wanita karir dan ibu rumah tangga.
Referensi:
Schultz dan Schultz. 2005. Theories of Personality
Langganan:
Postingan (Atom)