Senin, 15 Juni 2015

Sinta Meilastry (131301092)


EVALUASI PEMBELAJARAN PEDAGOGI KELOMPOK 9






1. Evaluasi berdasarkan pelaksanaan presentasi tugas
·  Kelompok sudah cukup siap untuk mempresentasikan pembelajaran yang dilakukan, yang diperlengkapi dengan kesiapan mental dan kesiapan bahan materi yang akan diprsentasikan.
·  Materi presentasi menampilkan latar belakang pembelajaran, teori yang mendasari pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pembagian tugas, serta dokumentasi.
·  Kendala secara teknis, proyektor yang tersedia ternyata kurang memadai, sehingga kelompok harus berulang kali memperbaiki sambungan antara laptop dengan proyektor.
·  Kendala dari kelompok : salah satu anggota kelompok terlambat masuk, sehingga tidak turut melakukan presentasi bersama anggota kelompok lainnya.

2. Evaluasi berdasarkan feedback (pertanyaan, saran, dan kritik)

2.1 Pertanyaan, saran, dan kritik dari teman-teman

Firman 13-088
1.  Apa yang melatarbelakangi tema “Love Your Country”?
Jawaban kelompok : Pada prinsip yang kelompok yakini tentang pedagogi adalah membimbing anak untuk mencapai kedewasaan. Salah satu ciri penting yang harus dimiliki oleh pribadi yang dewasa adalah mengenal dan mencintai negara tempat kelahirannya. Oleh karena itu lah pembelajaran yang bertemakan “Love Your Country” cukup mewakili tujuan kami untuk membentuk ciri pribadi yang dewasa pada diri anak karena tema ini berkaitan dengan pengenalan terhadap negara tempat mereka tinggal.

2. Coba jelaskan intersection dari ketiga tema pembelajaran yang dilakukan selama tiga hari tersebut?
Jawaban kelompok : Selain mengenal dan mencintai negara, kelompok juga meyakini bahwa pribadi yang dewasa adalah pribadi yang kreatif dan memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik. Oleh karena itu lah kelompok mencoba memberikan pembelajaran dengan tujuan spesifik yang berbeda-beda dalam kurun waktu tiga hari. Kelompok berpendapat bahwa ketiga hal tersebut harus diberikan secara bersamaan agar tujuan utamanya dapat tercapai dengan lebih maksimal. Tujuan utama dimaksudkan sebagai tujuan membimbing anak mencapai kedewasaannya.

3. Kenapa presenter tidak menjelaskan alasan Lindka tidak ikut serta di hari pertama?
Jawaban kelompok : Untuk pertanyaan ini sesungguhnya murni karena kesalahan presenter yang lupa untuk menjelaskan ketidakhadiran dari salah satu anggota kelompok.

Rizki amelia 13-024
1. Kenapa anggota memiliki lebih dari satu peran?
Jawaban kelompok : Hal ini dikarenakan kelompok berusaha untuk mengoptimalkan kinerja berdasarkan jumlah kehadiran anggota kelompok. Sebagai catatan, kehadiran anggota kelompok tidak cukup lengkap dalam setiap pembelajaran yang dilakukan. Dalam satu kali pertemuan, anggota yang hadir hanya 3-4 orang, padahal jumlah anggota kelompok yang sebenarnya adalah 5 orang. Oleh karena itu dalam setiap pertemuan ada saja anggota kelompok yang memiliki dua peran seperti mengambil dokumentasi sekaligus sebagai pengajar.

2. Bagaimana indikator mengenai tujuan pembelajaran telah tercapai atau tidak?
Jawaban kelompok : Untuk melihat indicator keberhasilan tujuan pembelajaran adalah dengan cara melakukan wawancara terhadap anak-anak yang menjadi murid kami. Kami bertanya kembali apa saja yang mereka ingat terhadap materi pembelajaran yang diberikan selama tiga hari. Hasilnya anak-anak sudah dapat mengingat kembali apa saja atribut negara Indonesia, menyampaikan perasaan senang mereka untuk kegiatan menghias kue, dan dapat menyebutkan beberapa nama buah dalam bahasa Inggris. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari anak-anak ini, kelompok pun beranggapan tujuan pembelajaran sudah tercapai dengan cukup baik.

Devira 13-031
1. Dengan adanya anggota yang tidak hadir, lalu bagaimana esensi tanggung jawab orang dewasa dalam praktek peadagogi?
Jawaban kelompok : Untuk menanggapi pertanyaan ini, kelompok sadar bahwa hal tersebut adalah salah satu kelemahan dari kinerja kelompok kami. Kelompok cukup kesulitan mengkoodinasikan waktu yang tepat untuk melakukan praktek pembelajaran secara bersama-sama. Oleh karena itu lah bagi kelompok, hal ini menjadi kritik yang mengingatkan agar kelak kami dapat menjadi pengajar yang lebih bertanggung jawab bagi anak-anak.

2. Bagaimana dengan anak-anak yang tidak antusias?
Jawaban kelompok : Kelompok menjelaskan bahwa awalnya anak-anak yang menjadi murid kami memang kurang antusias, namun pada hari berikutnya kelompok menemukan ada antusiasme yang meningkat pada diri anak-anak tersebut.

2.2 Pertanyaan, saran, dan kritik dari dosen pengampu Bu Dina
·   Kehadiran dari anggota kelompok yang kurang lengkap merupakan hal yang seharusnya tidak boleh terjadi. Kelompok diharapkan dapat menjalankan peran sebagai pembimbing anak-anak dengan lebih bertanggung jawab.
·  Tema pembelajaran kurang komperehensif. Sebaiknya kelompok dapat memberikan pembelajaran dengan tema yang lebih komperensif misalnya lebih memfokuskan program pembelajaran pada satu tema “Love Your Country”.
·   Kelompok menyebutkan Presiden Indonesia dengan nama Jokowi, padahal seharusnya yang benar dan tepat adalah Joko Widodo. Kelompok seharusnya bertugas memberikan informasi yang setepat-tepatnya berkaitan dengan materi pembelajaran.
·   Terlepas dari kekurangan yang dimiliki kelompok, bagaimanapun usaha yang dilakukan oleh kelompok dalam memberikan program pembelajaran dalam prinsip pedagogi, layak mendapat apresiasi. Kekurangan yang ada seharusnya bukanlah hal yang mematahkan semangat, namun sebagai bahan pembelajaran untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik lagi.

Rinnie Indira Nauly 13-066m
Lindka Pratiwi 13-068
Devi Silvana 13-072
Ibrena Putri Teresa 13-112

Senin, 27 April 2015

LAPORAN TUGAS PEDAGOGI KELOMPOK 9


Rinie Indira Nauly             131301066
Lindka Pertiwi                    131301068
Devi Silvana                        131301072
Sinta Meilastry                  131301092
Ibrena Putri                        131301112

Pedagogi (Pembelajaran yang aktif dan kreatif)
A. Latar Belakang
Pedagogi dikatakan sebagai sebagai pendidikan yang diperuntukkan bagi anak-anak. Anak-anak dianggap belum memiliki kemampuan yang matang untuk mengembangkan potensi yang seutuhnya. Karena ketidakmampuan inilah maka diperlukan peran orang dewasa untuk mengajar dan membimbing anak-anak untuk mencapai potensi diri yang seutuhnya. Kemampuan untuk mengembangkan potensi diri yang seutuhnya disebut sebagai pencapaian kedewasaan.
Untuk menjadi manusia yang dewasa yang berkompeten, maka diperlukan pembelajaran-pembelajaran yang berkaitan tentang bagaimana mengoptimalkan potensi-potensi yang ada di dalam diri anak. Potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan dan dimafestasikan ke dalam kegiatan yang aktif dan kreatif. Hal ini dikarenakan anak-anak adalah masa dimana manusia aktif bergerak dengan intensitas tinggi. Anak-anak cenderung lebih mampu belajar apabila benar-benar aktif merasakan dan berperan serta dengan suatu kegiatan belajar.
Manusia yang dewasa adalah dia yang memahami identitasnya sebagai bagian dari suatu negara. Oleh karena itu, sejak dari anak-anak harus sudah dimulai pengenalan tentang identitas negaranya. Dengan mengetahui identitas negaranya, maka kita telah menanamkan dasar rasa nasionalisme sejak dini pada anak-anak.
Selain itu kretifitas adalah kompetensi yang juga penting untuk mampu bersaing dengan orang lain. Kreatifitas pun harus mulai dipupuk ketika masih anak-anak. Ketika kesempatan mengembangkan kreativitas telah dipupuk sejak kecil maka kelak ketika dewasa anak tersebut dapat terus terbiasa mengaplikasikan kreativitasnya dalam kehidupan sehari-hari
Selanjutnya mengenai bahasa internasional bahasa Inggris, tentulah kemampuan ini sangat diperlukan agar bisa menjadi katalisator bagi anak untuk mengembangkan potensinya di kancah internasional. Belajar bahasa asing pastinya akan lebih sulit untuk dipelajari. Namun mengingat usia anak-anak yang kerap diidentikkan rasa ingin tau yang tinggi, maka sangatlah tepat pembelajaran bahasa inggris dimulai sejak kecil karena disitulah usia awal manusia tertarik dengan bahasa asing.
Dengan uraian penjelasan diatas, maka fokus pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran yang mengutamakan keaktifan anak untuk bergerak dan mengembangkan kreatifitasnya. Proses pembelajaran melibatkan tema-tema yang dianggap penting untuk mengoptimalkan kemampuan yang ada di dalam diri anak dan dilakukan dengan cara-cara yang menarik perhatian.

B. Landasan teori
Dalam melakukan pembelajaran pedagogi ini, kami menggunakan dasar teori scaffolding oleh Lev Vygotsky. Scaffolding adalah suatu teknik ataupun prosedur mengajar yang dilakukan oleh orang dewasa pada anak dengan memberi  bantuan di awal pengajaran dengan tujuan kelak anak dapat melakukan hal yang diharapkan secara mandiri. Oleh karena itu dalam setiap kegiatan pemebelajaran yang dilakukan, anak selalu diberikan pengarahan terlebih dahulu  tentang bagaimana memahami dan melakukan tugas yang diberikan.

C. Alat dan bahan
Pertemuan 1
Alat dan Bahan
Jumlah
Biaya
Gambar-gambar atribut negara Indonesia dan dicampur dengan atribut-atribut yang salah
4 lembar kertas A4 X 3
Rp 22.000
Gunting

-
Reward (jussie + wafer)
3 botol jussie + 2 bungkus wafer
Rp 10.000
Total

Rp 32.000

Pertemuan 2
Alat dan Bahan
Jumlah
Biaya
Cupcake
4 potong
Rp 32.500
Gery pasta rasa cokelat
4 bungkus
Rp 3.500
Richeese pasta rasa keju
4 bungkus
Rp 3.000
Meses warna-warni
1 bungkus
Rp 4.000
Cha-cha
1 bungkus
Rp 5.500
Tisu

-
Piring

-
Sendok

-
Reward (susu ultra)
4 kotak
Rp 10.000
Total

Rp 58.500

Pertemuan 3
Alat dan Bahan
Jumlah
Biaya
Gambar-gambar buah
8 lembar kertas A4
Rp 12.000
Buku tebal untuk menempelkan penjelasan nama-nama buah
2 buku
-
Lem

-
Gunting

-
Reward (jussie + oreo mini + astor mini)
4 botol jussie + 2 bungkus oreo mini + 2 bungkus astor mini
Rp 12.000


C. Pelaksanaan
Pembelajaran ini dilaksanakan di Jalan Konggo Gang Baru No 120 Desa Sei Semayang, yang dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan.
Pertemuan 1
Pertemuan Pertama
Tema: Love Your Country

Indikator/Aspek Materi yang akan diajarkan
Waktu
Materi
Media
Metode Pelaksanaan
Perkenalan




Mengembangkan keterampilan kognitif dan psikomotorik anak :
~ Mampu mengenal beberapa atribut negara Indonesia
~ Mengenal warna bendera
~ Mampu membedakan yang mana atribut negara dan yang tidak
18.00 – 19.00
~Memperkenal-kan atribut-atribut negara Indonesia dengan cara bermain game
~ Gambar-gambar atribut negara Inonesia dan atribut yang salah
~ Kami meletakkan atribut-atribut kenegaraaandi atas meja ke dalam tiga bagian, yang dicampur dengan atribut-atribut yang salah (seperti burung kasuari, foto presiden negara lain, bendera negara lain dan foto menara pisa)
~Sebelum memulai permainan, kami menjelaskan dan menunjukkan replika bendera Indonesia, gambar burung garuda,  gambar monas, dan foto presiden sebagai bagian dari identitas negara Indonesia.
~ Instruksi selanjutnya adalah setiap anak diminta untuk memilih atribut-atribut yang benar mengenai negara Indonesia
~ Anak yang berhasil paling cepat dan tepat mengumpulkan setiap atribut, diberikan reward yang lebih banyak dari temannya yang lain.
Penutup





Waktu : Pukul 18.00, Rabu 22 Maret 2015
Durasi : 60 menit
Jumlah anak : 3 orang
Dengan rincian pembagian tugas sebagai berikut :
Mempersiapkan alat dan bahan : Ibrena, Sinta
Pengajar : Rinie, Ibrena, Sinta
Pembeli reward : Ibrena
Dokumentasi : Ibrena, Rinie

Pertemuan 2
Pertemuan Kedua
Tema: Love Your Friends and Express Your Creativity

Indikator/ Aspek Materi yang akan Diajarkan
Waktu
Materi
Media
Metode Pelaksanaan
Perkenalan




Berkarya dan mengembangkan kreativitas membuat kue untuk diberikan kepada temannya. Sekaligus dimaksudkan untuk mengajarkan anak belajar memberi kepada orang lain (teman) melalui karya yang mereka buat.
17.00 – 18.00
~Menghias cupcake dengan bahan-bahan yang telah disediakan
~cupcake
~meses warna-warni
~ pasta
~ cha-cha
~ Kami menyediakan cupcake yang akan mereka hias, meses dan cha-cha untuk taburan, dan pasta dua rasa.
~ Kami melakukan demonstrasi bagaimana menghias cupcake tersebut, lalu anak-anak akan diberikan kebebasan untuk menghias cupcakenya dengan kreativitasnya sendiri  namun tetap dalam pantauan kami.
~ Cupcake yang sudah dihias akan diberikan kepada temannya dan dibawa pulang
Penutup





Waktu : Pukul 17.00, Kamis 23 Maret 2015
Durasi : 60 menit
Jumlah anak : 4 orang
Dengan rincian pembagian tugas sebagai berikut :
Mempersiapkan alat dan bahan : Devi, Lindka, Sinta
Pengajar : Lindka, Devi
Pembeli reward : Sinta
Dokumentasi : Devi

Pertemuan 3
Pertemuan Ketiga
Tema: Fun With English

Indikator/ Aspek Materi yang akan Diajarkan
Waktu
Materi
Media
Metode Pelaksanaan
Pembukaan




~ Memberikan tambahan wawasan pada anak-anak tentang bahasa Inggris
~ Melatih mengembangkan kemampuan anak untuk bekerja sama dengan temannya
18.00 – 19.00
~ Belajar mengenal nama-nama buah dalam bahasa Inggris
~ Gambar-gambar buah
~ Pertama kami memberikan penjelasan tentang beberapa buah dan bahasa Inggrisnya sekaligus dengan memberikan contoh gambar buahnya.
~ Lalu kami membuat game dengan membagi anak ke dalam dua kelompok, agar anak dapat berkesempatan mengembangkan kemampuan bekerja sama.
~ Game yang dilakukan yaitu dengan meminta anak-anak untuk menempelkan gambar buah di bawah tulisan nama buah dalam bahasa Inggris.
~  Kelompok pemenang adalah kelompok yang pertama kali mampu menempelkan gambar buah dengan nama yang tepat dan akan mendapat harga reward yang lebih besar.
Evaluasi





Waktu : Pukul 18.00, Jumat 24 Maret 2015
Durasi : 60 menit
Jumlah anak : 4 orang
Dengan rincian pembagian tugas sebagai berikut :
Mempersiapkan alat dan bahan : Ibrena, Sinta, Lindka, Devi
Pengajar : Sinta, Ibrena
Pembeli reward : Sinta
Dokumentasi : Ibrena, Devi

D. Evaluasi
                Berdasarkan dari pembelajaran yang dilakukan selama tiga kali pertemuan, kelompok dapat melihat antusiasme anak yang ditandai dengan keaktifan anak yang terus meningkat dari hari ke hari dan berdasarkan kedisiplinan anak untuk hadir tepat waktu dalam mengikuti kegiatan belajar. Dalam setiap pertemuan, anak-anak terlihat bersemangat untuk aktif bergerak dan berkompetisi mengerahkan kemampuan terbaik mereka. Berdasarkan pendapat anak-anak tersebut, mereka paling tertarik dengan kegiatan belajar di pertemuan kedua yaitu menghias kue. Namun yang terpenting adalah ketika kembali ditanyakan seputar materi pembelajaran selama tiga kali pertemuan, mereka akhirnya mampu memahami dan mengingat atribut-atribut negara Indonesia, tahu bagaimana menghias kue sendiri, dan mengingat nama-nama buah dalam bahasa Inggris.

D. Saran dan Kesimpulan
                Usia anak-anak adalah usia dimana seseorang aktif bergerak. Anak-anak cenderung akan lebih mampu belajar melalui keaktifan mereka. Oleh karena itu kelompok kami berpendapat, agar setiap pembelajaran yang dikhususkan bagi anak-anak janganlah hanya menuntut anak untuk duduk manis mendengarkan materi pembelajaran. Namun sebaliknya kegitan belajar tersebut dilakukan dengan mengutamakan keaktifan anak dan tetap mempertimbangkan tema-tema dan cara-cara yang menarik.



Jumat, 26 Desember 2014

Analisa Fenomena Berdasarkan Teori David McClelland



Aktivis Perempuan Reaktif Sikapi Pengurangan Jam Kerja Perempuan



REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin, menyatakan, jam kerja sebaiknya diukur berdasarkan kemampuan para pekerja di sebuah perusahaan. Ia melihat adanya kecenderungan aktivis perempuan reaktif terhadap wacana pengurangan jam kerja perempuan.
KH Ma'ruf Amin mengatakan perlu diadakan dialog agar tidak menimbulkan polemik jika wacana itu diwujudkan ke dalam sebuah aturan. “Kalau dari segi kemampuan, memang berbeda (antara perempuan dan laki-laki). Tapi kalangan pendukung kesetaraan gender, cenderung tidak mau (implementasi wacana tersebut). Maka perlu dialog,” kata KH Ma'ruf Amin saat dihubungi Republika Online (ROL), Kamis (25/12).
Ma'ruf Amin menekankan, pentingnya bagi tiap perempuan pekerja untuk membagi waktu terhadap keluarga di rumah. Utamanya, kehadiran istri bagi suami serta ibu bagi anak-anak tidak boleh diabaikan porsi waktunya.
Dengan begitu, lanjutnya, manfaat pengurangan jam kerja perempuan diharapkan berfokus pada keseharian keluarga perempuan yang bersangkutan. Sehingga bukan berarti membanding-bandingkan antara dua pihak. Laki-laki di satu sisi dan perempuan di sisi lain.






Jam Kerja Dikurangi, Komnas Perempuan: Ini Memberi Beban Ganda 



PerempuanREPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Wacana pengurangan jam kerja perempuan yang sepekan ini santer terdengar, ternyata dinilai sebagai sebuah diskriminasi serta memberi beban baru bagi kaum Hawa.
“Ada gagal konsep dari wacana pengurangan jam kerja bagi perempuan ini. Jika alasan pengurangan jam kerja bagi perempuan karena masalah pengasuhan dan konsepsi ideal seorang ibu, hal ini dianggap sebagai beban ganda perempuan,” ujar Komisioner Komnas Perempuan Andy Yentriyani, dalam rilisnya, Ahad (7/12).
Pengurangan jam kerja perempuan, ujarnya, sama saja merumahkan perempuan atau lebih tepatnya merupakan bentuk diskriminasi terhadap perempuan.Selama ini, stigma terhadap perempuan berkarier adalah perempuan yang tak bisa mengurus rumah tangga. Padahal, imbuh Andy, perempuan berkarier adalah hak, dan terkadang merupakan tuntutan hidup.
Kondisi inilah yang ia maksud terjadi beban ganda yang harus disandang perempuan. Satu sisi sebagai pencari nafkah, di sisi lain sebagai ibu rumah tangga.
“Semestinya bukan jam kerja yang dikurangi. Tetapi perbaikan infrastruktur negara yang mampu mendukung perempuan dalam menjalankan perannya,” jelas Andy.
Misalnya, memperbaiki infrastruktur transportasi agar perempuan bisa mengakses transportasi yang aman dan cepat agar waktu tak habis di jalan.
"Komnas Perempuan mengingatkan bahwa niat baik saja tidak menjamin kebijakan yang dihasilkan tidak memiliki muatan yang diskriminatif," ujar Andy.
Komnas Perempuan menilai kebijakan ini akan meminggirkan perempuan di dunia kerja sebab ia akan dipandang sebagai tenaga kerja yang tidak kompetitif dan tidak produktif. Artinya, realisasi usulan ini merupakan langkah mundur dalam upaya menghapus diskriminasi terhadap perempuan.






JK: Pengurangan Jam Kerja Wanita Baru Wacana

REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN -- Wakil Presiden (wapres) Jusuf Kalla menjelaskan pengurangan jam kerja wanita baru bersifat wacana.
"Itu baru wacana," kata Wapres Jusuf Kalla saat melakukan kunjungan kerja ke Sragen, Jawa Tengah, Jumat (5/12).
Dia menjelaskan, banyak masyarakat yang kurang paham bahwa wacana pengurangan jam kerja bagi wanita tersebut hanya ditujukan bagi ibu yang memiliki anak kecil. "Hanya ditujukan bagi ibu yang memiliki anak kecil, tidak semuanya," katanya.
Menurut pria yang akrab disapa JK tersebut, wacana itu bertujuan untuk menjaga masa depan bangsa. Karena dengan memiliki waktu lebih banyak untuk anaknya, maka orang tua bisa lebih banyak berinteraksi dengan anak-anak sekaligus mendidiknya.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai jam kerja pegawai perempuan harus dikurangi selama dua jam. Pengurangan ini diperlukan agar perempuan bisa memiliki waktu lebih untuk keluarga dan mendidik anak. Hal ini disampaikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pertemuannya dengan Persatuan Umat Islam di Jakarta.
Sementara itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendukung usulan Wakil Presiden Jusuf Kalla terkait pemotongan jam kerja pekerja perempuan. "BKKBN mendukung, karena itu sangat baik dan proanak-anak," kata PLT Kepala BKKBN Fasli Jalal.
Menurut dia, pemotongan waktu sekitar dua jam memiliki dampak yang sangat besar. "Berarti anak memiliki waktu lebih lama untuk berinteraksi dengan ibu mereka, dan itu sangat baik bagi tumbuh kembang anak," katanya. Keberadaan orang tua, kata Fasli sangat penting dalam mempengaruhi kualitas anak-anak.







Buruh Perempuan: Pengurangan Jam Kerja Justru Merugikan





REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-– Wacana pengurangan jam kerja untuk perempuan yang dilontarkan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, ternyata mendapat tanggapan yang beragam dari para karyawan perempuan. Banyak yang setuju,tapitak sedikit pula yang menolak wacana tersebut.
Seperti Ardila Sani, buruh pabrik sepatu asal Lampung tersebut tak setuju dengan wacana tersebut. Menurutnya, kebijakan tersebut justru akan menimbulkan kerugian pada perempuan sendiri. “Memang ada sisi positif dan negatifnya, tapi saya lebih tidak setuju,” katanya.
Ia mengatakan, bahwa perusahaan tentunya tidak akan mau rugi. Jika jam kerja perempuan dikurangi, namun tetap membayar gaji yang sama dengan laki-laki, perusahaan pasti lebih memilih merekrut pekerja laki-laki, dan akan berpikir ulang untuk menerima pekerja perempuan.
“Secara perusahaan mana mau rugi. Kalo jam kerja cewek dikurangn tapi gaji masih sama kaya cowok lama-lama perussahaan tidak mau lagi nerima cewek dong,” kata wanita berumur 22 tahun tersebut.
Karena menurut Dila,sapaan akrabnya, perusahaan tentunya punya target produksi. Target produksi itulah yang terkadang membuat karyawan bekerja lembur. Jadi, jika jam kerja dikurangin akan sangat berpengaruh pada target produksi.
Berbeda dengan Dila, Hilda Arnaz yang bekerja di salah satu bank swasta, mengaku setuju dengan wacana pengurangan jam kerja untuk wanita tersebut. Menurutnya itu sangat baik, apalagi bagi perempuan yang sudah berkeluarga.
“Perempuan kan masih harus ngurus keluarga dirumah, apalagi kalau udah punya anak. Sebisa mungkin sebelum suami pulang, istri harus sudah ada di rumah duluan,” kata Wanita asal Sumatera Barat tersebut.








Kasatpol PP Jakarta Tolak Usulan Wapres JK

REPUBLIKA.CO.ID, GAMBIR - Usulan yang dilakukan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengurangi jam kerja pegawai perempuan selama dua jam menuai pro dan kontra. Di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta contohnya, tidak semua Pegawai Negeri Sipil (PNS) perempuan setuju dengan usulan tersebut.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Koja, Siti Mulyati, ia mengaku secara profesional kurang setuju dengan pengurangan jam kerja. Karena, kata dia, akan ada pembedaan perlakuan kepada kaum perempuan. "Seharusnya tidak usah ada perlakuan istimewa, laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama," ujar Siti kepada Republika, Jumat (5/12).
Menurut perempuan berusia 53 tahun itu, pemotongan jam kerja justru akan menimbulkan kecemburuan sosial. "Nanti para pegawai laki-laki banyak yang tidak terima," ucapnya. Namun, lanjut ibu dua orang anak itu, ia juga tidak menampik usulan wapres itu memberikan keuntungan bagi kaum hawa. Karena, dengan usulan tersebut para ibu dapat mengurus keluarganya terlebih dahulu sebelum bekerja.
Kepala Unit Pengelola (UP) Kawasan Monumen Nasional (Monas), Rini Hariyani mengaku setuju dengan pengurangan jam kerja selama dua jam bagi PNS wanita. Namun, kata dia, kebijakan itu harus dilihat dari usia anak-anak para PNS wanita yang bekerja. Apakah, anak PNS wanita itu masih memerlukan pengawasan atau tidak. "Ya, boleh itu diberlakukan, tapi memang betul-betul yang punya anak-anak dalam usia masa perkembangan. Contohnya, karyawan (PNS) wanita yang masih punya SD, SMP atau SMA," kata ibu dua orang anak itu.
Rini mengatakan, kalau PNS wanita yang anaknya sudah kuliah, sah-sah saja tidak dipotong jam kerjanya. Pasalnya, selain tidak ada kegiatan di rumah karena anak sibuk kuliah, para PNS wanita itu harus mengabdikan tenaganya di kantor. "Jadi jangan dipukul rata, bukan karena saya punya anak SMA. Tapi, yang perlu pendampingan seorang ibu adalah anak yang masih duduk di bangku SD dan SMP," paparnya.


http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/14/12/05/ng3ndv-kasatpol-pp-jakarta-tolak-usulan-wapres-jk





TEORI DAVID MCCLELAND



I.                   McClelland

Teori kebutuhan McClelland dikembangkan oleh David McClelland dan rekan-rekannya. Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan  yaitu kebutuhan prestasi (need for achievement), kebutuhan kekuasaan (need for power), dan kebutuhan hubungan (need for affiliation)
David Mc.Clelland mendalami Needs Theory dari Henry Murray. Ia meneliti 3 motif utamayaitu prestasi, kekuasaan dan afiliasi untuk meninjau dan mengevaluasi tentang bagaimana sistem motif ini mempengaruhi perilaku.

Seperti yang kita ketahui David McClelland dan rekan-rekanyya terkenal dengan teori mereka yang berorientasi dengan kebutuhan.  Masing-masing indivivu memiliki kebutuhan yang berbeda terhadap dirinya sesuai dengan karakter dan pola pikir individunya. Individu yang need of powernya tinggi cocok jika ditempatkan di posisi sebagai pemimpin utama, yang mengatur banyak orang, dan mengatur segala keperluan organisasi, indidvidu yang kebutuhan afiliasi/ berhubungan dengan orang lainnya tinggi lebih cocok ditempatkan di suasana kerja yang terdapat banyak individu lain, yang membutuhkan tim kerja, kesepakatan bersama dan terjalin banyak interaksi antar individu , cocok ditempatkan sebagai marketer, spg, dealer, dan sejenisnya. Sedangkan orang yang kebutuhan berprestasi sangat tinggi biasanya cocok menjadi orang yang kompetitif, pembentuk ide baru, solusi tepat, inovasi serta yang berkaitan dengan kemampuan diri.

Need for Achievement
1.         Keinginan yang kuat untuk bertanggung jawab secara pribadi.
2.         Kecenderungan memilih tingkat kesulitan sedang dalam membuat target dan mengambil resiko.
3.         Keinginan yang kuat untuk mengkonkritkan umpan balik.
4.         Menyukai kegiatan menyelesaikan tugas semaksimal mungkin.

       Need for Power
1.         Menyukai kegiatan mengarahkan dan mengendalikan orang.
2.         Memperhatikan hbubungan antara pemimpin dan pengikut.
3.         Menikmati berkompetisi.

       Need for Affiliation
1.         Ingin disukai oleh banyak orang.
2.         Lebih suka bekerjaasama.
3.         Berupaya untuk menjalin hubungan dengan semua orang

4.         Mencari peluang untuk berkomunikasi.




Pembahasan Teori McClelland Berkaitan dengan Artikel

Sama halnya dengan yang sudah dijelaskan bahwa setiap individu memiliki porsi need yang berbeda sesuai dengan pola pikirnya. Ada need of affiliation, need of achievement, need of power. Berkaitan dengan fenomena yang digambarkan diatas , dimana ada banyak wanita yang menerima usulan wakil presiden mengenai pengurangan jam kerja bagi pegawai wanita, namun tak kalah juga banyak wanita yang menolak pengurangan jam kerja ini. Bisa dikatakan orientasi individu terhadap kebutuhan pribadinya sangatlah berbeda satu dan lain.
Seperti yang diungkapkan ketua majelis ulama Indonesia dimana atas sikap reaktif wanita terhadap pengurangan jam kerjaa, dimana wanita mengatakan bahwa ini merupakan diskriminasi, namun majelis lama menolak , ia mengatakan bahwa ini bukan diskriminasi melainkan pentingnya wanita memikirkan keluarga bukan lah perbedaan gender.
Komisioner Komnas perempuan juga mengatakan penolakan terhadap pengurangan jam kerja ini, ia mengatakan bahwa ini menunjukkan pembentukan peran ganda bagi wanita. Ia  mengatakan bahwa bukan jam mkerja yang harus dikurangi , infrasruktur , transportasi bagi wanita yang harus diperbaiki agar wannita dapat menjalani perannya sebagai pencari nafkah dan ibu rumah tangga dengan baik. Ini akan menimbulkan pemikiran bahwa pekerja wanita itu tidak produktif dan kompetitif hal ini akan memperjelas diskriminasi dalam dunia kerja.
Ada wanita yang jelas menolak karena pengurangan jam kerja ini akan merugikan perusahaan dan individu bersangkutan, deimana dengan jam kerja yang berbeda perusahaan harus membayar dengan gaji yang sama dengan pekerja yang full time. Ini akan membuat perusahaan akan lebih memilih pria sebagai pegawai perusahaannya. Namun ada wanita lain yang mengatakan bahwa pengurangan jamkerja ini akan berdampak positif, karena peran wanita sebagi rumah tangga akan semakin baik.  Sama halnya dengan kepala  Satpol PP Koja yang menolak pengurangan jam kerja ini, ia mengatakan bahwa dengan adanya pengurangan jam kerja ini akan menimbulkan kecemburuan bagi kaum lelaki, menimbulkan juga sikap egois bagi wanita dimana ia mememntingkan kepentingan keluarga dan mengabaikan / lalai mengerjakan tugas kantornya.
Dilemma ini menggambarkan perbedaan kebutuhan di masing-masing individu dapat dilihat ada wanita yang menolak pengurangan jam kerja ini menggambarkan kebutuhan dia akan prestasi sangat tinggi, dimana ia merasa dengan bekerja ia bisa memenuhi kebutuhan pribadi, member uang tambahan atau sekedar mengembangkan karirnya. Ia menolak pengurangan jam kerja karena beranggapan kesempatan dia dalam memnunjukkan prestasinya akan berkurang, disaingi dengan pegawa lelaki yang memiliki kesempatan lebih besar. Ketika ada pegawai wanita yang melamar perusahaan akan berfikir dua kali utnuk memilih wanita sebagai pegawai, ini sangat jelas menggambarkan kebutuhan berprestasi yang dijadikan orientasi utama bagi wanita ini. Jadi kadang kala wanita yang mempunyai keinginan maksimal dalam menyelasaikan tugasnya, bertanggung jawab secara pribadi akan terhalang karena kuranganya posisi yang diberikan lingkungan kerja. Kreativitas masing-masing wanita tidak akan berkembang.
Kebutuhan akan kekuatan (need of power) juga tergambar disini, ketika ada yang mengatakan kesempatan yang akan diberikan akan berbed antar wanita dan lelaki akan berbeda, menunjukkan diskriminasi langsung bagi wanita. Berkurangnya kesempatan untuk dipilih sebagai pemimpin, mengemban tanggung jawab lebih besar. Diskriminasi yang awalnya ingin dihapuskan malah mencuat kembali, akan banyak wanita yang di nomor duakan dalam dunia kerja. Kebutuhan akan kekuatan yang mendorong hal ini menjadi konflik. Para wanita yang inigin mengembangkan dirinya, menmpati posisi tertinggi dalam dunia kerja, mengatur orang lain, meninginkan kompetisi, semua akan terhalang.
Namun ada wanita yang kebutuhan afiliasinya tinggi, sehingga ia menerima ususlan ini. Ia mementingkan hubungan dia dengan keluarga, peran sebagai istri dan ibu di keluarga. Ia akan cenderung mendukung kebijakan ini. Namun bagaimana dengan wanita yang kebutuhan afiliasi terhadap dunia kerjanya tinggi?? Keinginan ia bekerja dan berinteraksi dengan orang banyak, keinginan membuat visi dan strategi bersama, keinginan disukai orang banyka, keinginan berkomunikasi dengan semua pegawai dan atasan. Hal ini mungkin akan menimbulkan dilema bagi banyak wanita. Namun masing-masing individu pastinya sudah menemukan strategi sendiri dalam memnuhi kebutuhannya, menyeimbangkan perannya sebagai wanita karir dan ibu rumah tangga.


Referensi:
Schultz dan Schultz. 2005. Theories of Personality